BAB I
PENDAHULUAN
Indutri perunggasan di Indonesia saat ini sudah mampu memenuhi
permintaan daging ayam broiler. Hal ini didukung oleh tersedianya bibit DOC
yang berkualitas baik. Hal yang harus diperhatikan agar ayam pembibit pedaging
dapat menghasilkan DOC yang berkualitas baik adalah manajemen pemeliharaan,
perkandangan, pakan, kontrol bobot badan dan terciptanya kondisi lingkungan
yang nyaman bagi ternak agar ayam pembibit dapat menghasilkan telur dengan daya
tetas dan fertilitas yang tinggi sehingga diperoleh bibit yang berkualitas
baik.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kenyamanan ternak dan mempengaruhi produktivitas ternak. Cahaya berfungsi
sebagai penerangan, memudahkan ternak saat melakukan aktivitas baik aktivitas
makan, kawin, bertelur, mempengaruhi pertumbuhan tulang dan kaki serta mengontrol
kanibalisme. Pengaturan cahaya memiliki peran yang penting bagi ternak, apabila
pengaturan cahaya tidak sesuai maka akan mempengaruhi produktivitas ternak. Hal
ini menjadikan manajemen pencahayaan pada ayam pembibit harus diperhatikan agar
dapat mengahasilkan bibit ternak yang unggul dan bermutu.
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui
manajemen ayam pembibit broiler fase produksi. Manfaat yang diperoleh dari
kegiatan PKL ini adalah untuk ,menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman meningkatkan
keterampilan dan mengetahui manajemen
pencahayaan di PT. Panca Patriot Prima Farm, Malang, Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Ayam Pembibit
Ayam
pembibit merupakan ayam yang dibudidayakan untuk menghasilkan bibit induk yang
berkualitas baik. Faktor yang diperhatikan dalam memilih iduk pembibit adalah
faktor final stock dan faktor performance induk. Strain yang dipilih
dapat menghasilkan final stock yang
bagus dan induk dapat menghasilkan telur dengan daya tetas yang tinggi (Rahayu,
2011). Syarat bibit ayam ras berdasarkan SNI yaitu kondisi
fisik sehat, normal, berdiri tegak, paruh normal, aktif, tidak ada kelainan,
sekitar pusar serta dubur kering dan berasal dari parent stock tipe pedaging umur 24 -68 minggu dengan bobot tetas
minimal 52 gram (SNI, 2013). Manajemen
pemeliharaan untuk memproduksi ayam pembibit meliputi beberapa hal diantaranya
biosekuriti dan sanitasi yang ketat, manajemen pemeliharaan ayam jantan dan
ayam betina, program seleksi serta pencegahan penyakit. Ayam jantan dipisahkan
dengan ayam betina pada minggu-minggu pertama periode pertumbuhan agar
mengurangi stres dan tidak bersaing dalam mengkonsumsi pakan. Pemisahan kandang
berdasarkan umur, perbandingan pejantan dan betina, kontrol bobot badan dan
pencahayaan. Pemberian cahaya diperlukan untuk membuat unggas aktif dan dapat
menemukan sarang sehingga dapat dihasilkan produksi telur tetas maksimal
(Mulyantini, 2010).
2.2. Pencahayaan
Cahaya
berfungsi dalan proses penglihatan, dengan adanya cahaya ternak akan lebih
mudah dalam beraktivitas (aktif), mempermudah saat makan, dapat melihat
lingkungan sekitar terutama pakan dan minum yang tersedia sehingga dapat
meningkatkan pertambahan bobot badan harian dan dapat menekan kematian. Unggas
makan saat terang dan hampir tidak ada aktivitas makan saat gelap (Mauludin,
2014). Program pencahayaan membantu mengoptimalkan kontol bobot badan. Pencahayaan
berperan dalam memperbaiki produksi telur dan proses pertumbuhan (Mulyantini,
2010). Sumber cahaya dapat berasal dari sinar matahari saat siang hari dan
lampu pada malam hari. Rangsangan cahaya dapat memicu perkembangan alat
reproduksi ayam betina menjadi dewasa kelamin (Rahayu, 2011). Cahaya dapat
merangsang ayam petelur untuk mulai memproduksi telur (Lupicki 1993 dalam
Renema et al., 2001). Cahaya yang mengenai mata akan diterima oleh reseptor mata pada ayam,
rangsangan diteruskan ke hipofisa kemudian hipofisa menggertak kelenjar pituitari
untuk mensekresikan hormon gonadotropin yang berperan dalam proses reproduksi
yaitu perkembangan ovarium dan dapat mempengaruhi produksi telur (Mulyantini,
2010). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ayam yang dipelihara tanpa diberikan cahaya produksi
telur yang yang dicapai sebesar 59% sedangkan ayam yang diberikan program
pencahayaan 6 jam dan ditambah rancangan cahaya 15 menit per hari selama
seminggu produksi telur mangalami kenaikan menjadi 73% (King 1962 dalam Renema et al., 2001). Pemilihan program
pencahayaan selama pemeliharaan sangat penting bagi keberhasilan produksi
karena mempengaruhi produksi jumlah telur pada awal masa produksi dan konsumsi
pakan (Peric et al., 2005).
2.3. Lama
Cahaya
Lama pencahayaan merupakan faktor lingkungan terpenting dalam kehidupan
ayam, cahaya berperan dalam proses fisiologis dan tingkah laku ayam. Cahaya
dapat merangsang sekresi horman yang berperan dalam proses pertumbuhan,
perkembangan, reproduksi dan tingkah laku ayam (Sulistyoningsih, 2009). Tingkah
laku ternak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam yang meliputi hormon
dan sistem syarat sedangkan faktor luar meliputi cahaya, suhu dan kelembapan
(Andisuro, 2011). Program pencahayaan bertujuan untuk memperlambat laju
pertumbuhan pada fase awal agar ayam dapat mencapai dewasa tubuh sebelum pertumbuhan
dan perkembangan otot tercapai secara maksimal (Setianto, 2009). Cahaya yang
mengenai mata akan diterima oleh reseptor mata pada ayam, rangsangan diteruskan
ke hipofisa kemudian hipofisa menggertak kelenjar pituitari untuk mensekresikan
hormon yang berperan dalan proses pertumbuhan, perkembangan, metabolisme dan
reproduksi. Lama pemberian cahaya dan intensitas cahaya saat produksi telur
sebaiknya tidak dikurangi (Mulyantini, 2010). Pemberian cahaya selama 16 jam
dapat menurunkan stres, peningkatan kekebalan, peningkatan metabolisme tulang,
peningkatan aktivitas dan kesehatan kaki (Classen et al., 2004 dalam Andisuro 2011). Lama pencahayaan untuk ativasi
hormon yang ideal adalah 11-12 jam dan internsitas cahaya yang diberikan
berkisar antara 5 -20 lux (Prayitno et al.,
1994 dalam Fijana et al., 2012). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan dengan lama terang 12 jam dan lama gelap
6 jam dan 8 jam dapat menurunkan konsumsi ransum (Fijana et al., 2012).
2.4. Intensitas
Cahaya
Intensitas cahaya merupakan kekuatan cahaya yang diberikan pada unggas,
dinyatakan dalam satuan lux (lx) atau lumen/m2, berkisar antara 5 -
20 lux (Sulistyoningsih, 2009). Intensitas cahaya mempengaruhi tingkah laku
ayam. Intensitas cahaya yang rendah dapat mengontrol kanibalisme dan dapat
meningkatkan bobot badan karena terjadi penurunan aktivitas fisik sedangkan
intensitas cahaya yang tinggi akan meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan tulang sehingga dapat meningkatkan kesehatan kaki
(Setianto, 2009). Intensitas cahaya yang sangat rendah dibawah 5 lux dapat
menyebabkan kebutaan pada ayam. Intensitas cahaya dipengaruhi oleh luas dan
kepadatan kandang (Saputro 2007 dalam Meisnaningsih 2014). Unggas yang dipelihara
dengan lama pencahayaan 17 sampai 20 jam per hari dan intensitas cahaya 5-10
lux memberikan efek performance yang
lebih baik dibandingkan dengan unggas yang mendapatkan pencahayaan full 24 jam
(Meisnaningsih, 2014).
2.5. Warna
Cahaya
Warna ditentukan oleh panjang gelombang. cahaya dari panjang gelombang yang
berbeda memiliki rangsangan yang berbeda beda pada retina mata sehingga dapat
menghasilkan perubahan perilaku yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Ayam pada masa produksi dapat distimulasi dengan warna merah yang berperan
untuk perkembangan organ-organ reproduksi (Sulistyoningsih, 2009). Ayam
memiliki kepekaan yang paling baik pada warna kuning dan merah. Cahaya berwarna
merah dapat meningkatkan aktivitas ayam sehingga dapat menguatkan tulang dan
kaki. Warna merah merupakan warna terbaik untuk mendapatkan respon reproduksi
(Mulyantini, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang dipelihara dengan suhu dan
warna cahaya yang berbeda tidak menunjukkan adanya perbedaan tingkah laku makan
pada ayam (Andisuro, 2011).
2.6. Kandang
Kandang merupakan bangunan yang digunakan untuk melindungi ternak dari
pengaruh luar seperti hujan, panas dan angin. Kandang yang baik dapat menunjang
produktivitas ternak, mengurangi stress dan meningkatkan produksi telur
(Mulyantini, 2010). Berdasarkan dinding yang digunakan kandang ayam dibedakan
menjadi kandang terbuka dan tertutup. Kandang terbuka memiliki keuntungan
diantaranya sirkulasi udara lancar, biaya pembuatan kandang lebih murah dan
teknologi lebih mudah akan tetapi kekuranganya adalah suhu di dalam kandang
tidak dapat dibuat mendekati suhu ideal ayam. Sirkulasi udara dalam kandang
harus diperhatikan dengan cara pemasangan blower atau kipas yang akan menarik
dan mengeluarkan udara kotor serta amoniak keluar (Rahayu et al., 2011). Kebutuhan
lampu dalam suatu kandang berbeda-beda dipengaruhi oleh luas kandang dan
intensitas cahaya, untuk mengetahui kebutuhan lampu dalam kandang dapat
diketahui dengan menggunakan rumus :
Jumlah lampu =
2.7. Suhu
dan Kelembaban
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi performa
ayam. Ayam yang dipelihara pada suhu yang lebih rendah konsumsi pakannya lebih
tinggi dari pada ayam yang dipelihara pada suhu yang lebih tinggi, hal ini
karena ternak yang berada pada daerah panas mengalami cekaman panas sehingga
akan menurunkan feed intake dan produktivitasnya akan menurun (Sulistyoningsih,
2004). Suhu optimal untuk pemeliharaan ayam adalah berkisar antara 21-27 °C
(Rahayu et al., 2011). Kelembapan
udara yang ideal untuk unggas di daerah tropik adalah tidak lebih dari 75% (North,
1982). Kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kandang menjadi
agak basah sehingga dapat mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan pada ayam,
untuk mengatasi hal tersebut maka kandang dibuat agar sinar matahari dapat
masuk ke dalam kandang dan lantai kandang menjadi kering (Sudrajad, 2003).
2.8. Pakan
Pakan untuk ayam pembibit periode layer sangat penting dan menentukan
produksi telur yang dihasilkan, pakan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok dan kebutuhan produksi ayam. Pakan untuk ayam pembibit pedaging fase
produksi adalah protein sebesar 16% dan energi metabolis sebesar 2.860 kkal/ kg
(Rahayu et al., 2011). Metode
pemberian pakan yang diberikan yaitu everyday
basis yaitu pemberian pakan berdasarkan kebutuhan pokok setiap hari
sedangkan metode skip a day yaitu
metode pemberian pakan dimana pakan diberikan setiap dua hari. Pemberian pakan
pada ayam pembibit pada masa sebelum produksi harus diperhatikan untuk mencegah
terjadinya prolapsus yaitu suatu
keadaan dumana ayam terlalu cepat bertelur padahal kondisi tubuhnya belum siap
sehingga terjadi kerusakan saluran reproduksi dan menghasilkan telur dengan
ukuran yang kecil sedangkan pemberian pakan pada fase produksi harus disesuaikan
dengan produksi telur yang dihasilkan, semakin tinggi produksi telur maka pakan
yang diburtuhkan semakin banyak (Kartadisastra, 2008).
2.9. Indikator Keberhasilan Manajemen Ayam
Pembibit
Indikator
keberhasilan manajemen ayam pembibit meliputi tingkat mortalitas, keseragaman
bobot badan, rasio pejantan dan betina, konsumsi pakan, konversi pakan,
produksi telur, daya tetas, kualitas dan fertilitas telur yang dihasilkan
(Mulyantini, 2010). Indikator keberhasilan tersebut dapat dicapai apabila didukung
oleh berbagai aspek seperti tata laksana pemeliharaan yang baik, pemberian
pakan yang sesuai, manajemen perkandangan,
manajamen pemberian cahaya dan pengendalian penyakit. Program
pencahayaan untuk ayam pembibit pedaging adalah umur 1-3 hari lampu menyala`selama
24 jam, umur 2 minggu menyala 18 jam, umur 3 minggu menyala 16 jam, umur 4 - 19
minggu lampu pada malam hari dimatikan dan ketika umur 20 minggu pencahayaan
ditambah satu jam, selanjutnya pemberian cahaya ditambah ½ jam per minggu
sampai saat produksi 5% tercapai 16 jam (Rahayu, 2011).
2.9.1 Mortalitas
Mortalitas
merupakan tingkat kematian ayam. Angka mortalitas dapat diperoleh dari
perbandingan antara jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara.
Angka mortalitas pada ayam pembibit adalah sekitar 4% (Lacy dan Vest, 2000
dalam Handayani 2009). Tingkat mortalitas yang tinggi sering terjadi pada fase starter dan semakin rendah pada periode
layer. Penyebab mortalitas diantaranya kualitas DOC rendah dan pemasangan
pemanas yang terlalu rendah atau tinggi pada fase starter, kebersihan kandang
serta adanya penyakit pada fase layer (Rahayu, 2011). Hasil penelitan
menunjukkan rata-rata angka mortalitas ayam sebesar 0.17% (Nurcholis, 2009).
Faktor lain yang menyebabkan kematian adalah amonia (NH3) dan
terjadinya kanibalisme. Kandungan Amonia (NH3) dalam kandang tinggi
disebabkan karena pengaturan ventilasi
yang kurang baik dan keadaan litter yang basah sehingga mengganggu saluran
pernafasan ayam (Sugiarto, 2008). Kanibalisme juga merupakan penyebab kematian
pada ayam, pada intensitas cahaya yang tinggi akan tetapi dengan program
pencahayaan yang baik dapat mengurangi tingkat kanibalisme. Periode gelap yang
lebih panjang berhubungan dengan tingkat mortalitas yang rendah
(Sulistyoningsih, 2009). Angka mortalitas ayam pembibit strain Cobb yang
berumur 41-34 minggu berkisar antara 4,1-4,7% (Standar performance Cobb breeder, 2008).
2.9.2. Rasio jantan dan betina
Percampuran
ayam jantan dan betina dilakukan jika ayam sudah berumur 20 minggu, rasio
perbandingan jantan dan betina adalah 1:10 (Rahayu, 2011). Perbandingan jumlah
jantan dan betina yang terlalu banyak ataupun sedikit dapat menurunkan
fertilitas, apabila jumlah jantan kurang dari yang dibutuhkan maka betina tidak
sempat dikawini, akibatnya akan menghasilkan telur tetas yang tidak dibuahi dan
menurunkan produksi telur tetas, sedangkan apabila jumlah jantan terlalu banyak
akan menimbulkan kanibalisme antar pejantan dan dapat menyebabkan penurunan
daya tetas (Mulyantini, 2010).
2.9.3. Konsumsi Pakan
Konsumsi
pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam atau selisih antara
pemberian dengan sisa pakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan
antara lain suhu lingkungan, fase produksi dan kandungan energi dalam
pakan. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi
konsumsi pakan, semakin rendah temperatur dalam kandang ayam akan meningkatkan
konsumsi pakannya untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan. Cahaya
didalam kandang menyebabkan ayam mampu melihat lingkungan sekitar sehingga
cahaya dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam (Meisnaningsih,
2004). Kebutuhan pakan ayam pembibit fase layer saat berumur 34 minggu dengan Hen day 75-71% adalah 146-160 g/ekor (Standar performance Cobb breeder, 2008). Kandungan nutrisi dalam pakan
untuk ayam pembibit pedaging fase produksi adalah protein sebesar 16% dan
energi metabolis sebesar 2.860 kkal/ kg (Rahayu et al., 2011).
2.9.4. Kontrol bobot badan
Pada
fase layer kontrol bobot badan harus`dilakukan bertujuan untuk menghasilkan
telur yang ukurannya lebih besar, memiliki bobot telur yang baik, kualitas
telur baik dan sudah siap untuk ditetaskan sedangkan untuk ayam jantan kontrol
bobot badan dapat menaikkan fertillitas sehinggga telur tetas yang dihasilkan
memiliki daya tetas yang tinggi. Tingkat keseragaman yang baik adalah >80%
(Rahayu, 2011). Standar bobot badan ayam pembibit tipe pedaging fase layer umur
40 sampai 43 minggu berkisar antara 3770-3815 g dan standar bobot badan
pejantan umur 40 sampai 43 minggu berkisar antara 4298-4376 g (Standar performance Cobb breeder, 2008). Kontrol
bobot badan pada fase layer harus dilakukan karena menentukan produksi telur.
Konsumsi pakan harus diatur dari umur 3 minggu sampai akhir fase layer untuk mencapai
produksi telur dan fertilitas yang maksimal (Mulyantini, 2010).
2.9.5. Konversi pakan
Konversi
pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dibandingkan
dengan pertambahan bobot badan, apabila nilai konversi pakan lebih besar dari
angka 2 maka pemeliharaan dianggap sudah tidak menguntungkan. Nilai konversi
pakan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya genetik, jumlah pakan yang
diberikan dan faktor cahaya. Penggunaan cahaya atau lampu yang berwarna merah
dapat meningkatkan konsumsi pakan, sehingga akan menaikkan nilai konversi pakan
(Handayani, 2014). Semakin besar nilai konversi berarti pakan menjadi tidak
efisien (Fadilah et al. 2007). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa program pencahayaan berselang (intermittent) dapat meningkatkan
konversi pakan (Bolukbasi 2006 dalam Sulistyoningsih, 2009).
2.9.6. Produksi telur
Produksi
telur yang dihasilkan ayam pembibit dipengaruhi oleh jumlah pemberian pakan dan
konsumsi pakan. Ayam pembibit broiler pemberian pakannya harus dikontrol atau
melakukan pembatasan pakan agar ayam tidak terlalu berat dan gemuk saat dewasa
kelamin, sehingga tidak mempengaruhi produksi telur yang dihasilkan
(Mulyantini, 2010). Pakan yang diberikan harus sesuai dengan standar kebutuhan
untuk ayam pembibit sesuai strain
agar ayam betina dapat menghasilkan produksi telur yang tinggi dan ayam jantan
memiliki fertilitas yang baik (Rahayu, 2011). Cahaya pada fase layer berperan
dalam proses produksi melalui sekresi hormon LH (luteinizing hormone) dan FSH (Follicle
stimulating hormone) yang berperan dalam produksi telur (Kasiyati dan
Muliani 2013). Produksi telur ayam pembibit strain cobb umur 40 minggu sebesar
73%, umur 41 minggu sebesar 72%, umur 42 minggu 71% dan umur 43 minggu sebesar
70% (Standar performance Cobb
breeder, 2008).
2.9.7. Indeks Performa
Indeks
performa merupakan suatu formula yang digunakan untuk mengetahui performa ayam
broiler. Indeks performa dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah ayam
hidup dalam % dikali berat rata-rata dibandingkan dengan umur panen dikali
konversi pakan (Handayani, 2009). Semakin besar nilai IP yang diperoleh maka
semakin baik prestasi ayam dan semakin baik efisiensi pakan (Fadilah et al. 2007). Kriteria indeks performa
ayam broiler apabila < 300 = kurang, 301 -324 = cukup, 326 – 350 = Baik, 351
– 400 = sangat baik dan apabila > 400 = istimewa (Santoso dan Sudaryani,
2009 dalam Handayani 2009).
Keberhasilan
manajemen pemeliharaan ayam pembibit didukung oleh berbagai aspek, salah satu
aspek yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan adalah manajemen program
pencahayaan yang dapat mempengaruhi produktivitas ayam pembibit. Program
pencahayaan ayam pembibit pada fase layer dapat mempengaruhi produksi telur,
mengurangi mortalitas, mengontrol kanibalisme, mempengaruhi daya tetas,
menurunkan konsumsi pakan dan meningkatkan kualitas serta fertilitas telur yang
dihasilkan (Mulyantini, 2010). Program pencahayaan untuk ayam pembibit pedaging
adalah umur 1-3 hari lampu menyala`selama 24 jam, umur 2 minggu menyala 18 jam,
umur 3 minggu menyala 16 jam, umur 4 - 19 minggu lampu pada malam hari
dimatikan dan ketika umur 20 minggu pencahayaan ditambah satu jam, selanjutnya
pemberian cahaya ditambah ½ jam per minggu sampai saat produksi 5% tercapai 16
jam (Rahayu, 2011).
BAB
III
MATERI DAN METODE
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan tanggal 25 Januari
– 25 Februari 2016 di. PT. Panca Patriot Prima Farm, Unit Batu,
Malang, Jawa Timur.
3.1. Materi
Materi
yang digunakan adalah unit perusahaan peternakan ayam pembibit broiler fase
produksi di PT. Panca Patriot Prima Farm, Malang, Jawa Timur.
3.2. Metode
Metode
yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah
partisipasi aktif dengan melakukan kegiatan rutin dan melakukan pencatatan data
di PT. Panca Patriot Prima Farm, Malang, Jawa Timur.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan
karyawan maupun staf perusahaan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya dalam lampiran. Data Sekunder diperoleh dari catatan
perusahaan dan monografi perusahaan. Data yang diperoleh kemudian diolah,
dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka, kemudian disusun
menjadi laporan praktek kerja lapangan (PKL).
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Perusahaan
PT
Panca Patriot Prima merupakan perusahaan dibidang feedmill & breeding farm
yang berdiri pada tanggal 18 Januari 2000 sesuai dengan akta pendirian
tertanggal 18 Januari 2000 dengan Nomor 5 merupakan perusahaan lokal (PMDN). Kantor
pusat berada di Jl. Muncul Industri II No. 11 Gedangan, Sidoarjo - Jawa Timur.
Saat ini PT. Panca Patriot Prima mempunyai 2 pabrik pakan di Gedangan dan
Pandaan, 9 Breeding Farm dan 2 Hatchery. PT Panca Patriot Prima Unit breeding farm Batu merupakan breeding farm
unit ke 7 (Tujuh) yang berdiri pada bulan Juni tahun 2010, berlokasi di Jl. Raya Tlekung, Ds. Tlekung, Kec. Junrejo, Kota Batu dengan luas tanah ± 60.000 m², berada pada
ketinggian ± 800 mdpl dan memiliki 20
buah kandang dengan total populasi ayam ± 50.000 ( Lima puluh ribu) ekor.
4.2. Struktur Organisasi
PT
Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm Batu dipimpin oleh Manager Farm yang
bertugas dan bertanggung jawab dalam menjalankan proses pemeliharaan ayam, Supervisor bertugas
mengendalikan jalannya proses produksi, administrasi keuangan bertugas untuk
melakukan proses pencatatan dan pembuatan laporan mengenai aktivitas keuangan,
pembelanjaan kebutuhan opersional yang di perlukan selama proses produksi serta
pembayaran gaji tenaga kerja, Tehnik Kandang yang bertugas melakukan
pemeliharaan dan perawatan ayam mulai dari DOC masuk sampai masa afkir ayam.
Grading adalah bagian yang bertugas menyeleksi telur yang layak di kirim ke
tempat penetasan atau Hatchery, Administrasi Teknik Kandang adalah bagian yang
bertugas melakukan proses pencatatan dan pembuatan laporan mengenai proses
pemeliharaan ayam mulai dari DOC yang masuk sampai proses afkir. Bagian Kesehatan
adalah bagian yang bertugas melakukan pemantauan kesehatan, pengobatan
pemberian vaksin, pemberian vitamin mulai dari DOC sampai dengan fase afkir. Serbaguna
adalah bagian yang bertugas melakukan pengiriman pasokan pakan ayam ke
tiap-tiap kandang serta kebersihan dan perawatan lingkungan kandang, Mekanik
adalah yang bertugas merawat instalasi listrik di kandang. Keamanan atau Satpam
bertugas menjaga keamanan lingkungan luar maupun dalam.
|
Ilustrasi
1. Struktur Organisasi PT. Panca Patriot Prima, Batu Jawa Timur.
4.3. Ayam Pembibit
Ilustrasi
2. Ayam pembibit strain Cobb
Strain
ayam pembibit yang dipelihara adalah strain cobb yang berasal dari malindo.
Populasi ayam berjumlah 50.000 ekor. Ayam pembibit mulai produksi telur pada
umur 24 minggu. Ayam pembibit strain cobb memiliki keunggulan diantaranya
produksi tinggi, DOC yang dihasilkan berukuran lebih besar dari strain lohman
dan strain cobb serta lebih banyak disukai oleh peternak, sehingga strain cobb
dipilih karena menyesuaikan permintaan dan kesukaan dari peternak. Menurut Rahayu
et al. (2011) bahwa dalam memilih
strain ayam pembibit hal yang harus diperhatikan adalah faktor final stoock dan performance induk. Strain yang dipilih dapat menghasilkan final stock yang bagus dan induk dapat
menghasilkan telur dengan daya tetas yang tinggi. Bibit ayam ras yang baik
memiliki ciri-ciri normal, sehat, aktif dan tidak terdapat kelainan. Syarat
bibit ayam ras berdasarkan SNI (2013) yaitu kondisi fisik sehat, normal,
berdiri tegak, paruh normal, aktif, tidak ada kelainan, sekitar pusar serta
dubur kering dan berasal dari parent
stock tipe pedaging umur 24 -68 minggu dengan bobot tetas minimal 52 gram.
4.4. Kandang
Ilustrasi 3. Kandang ayam pembibit PT Panca Patriot
Prima
Tipe
kandang di PT Panca Patriot Prima Farm adalah kandang dengan dinding terbuka (open house) seluruh dinding kandang
tertutup dengan kawat, atap kandang menggunakan tipe monitor dan letak kandang
membujur dari timur ke barat. Kandang dengan dinding terbuka memiliki kelebihan
diantaranya sirkulasi udara lancar dan sinar matahari pagi dapat masuk kedalam
kandang sedangkan kelemahannya yaitu suhu kandang akan berubah-ubah mengikuti
perubahan cuaca dan iklim. Menurut pendapat Rahayu et al. (2011) kandang dengan dinding terbuka memiliki keuntungan
diantaranya udara segar bisa keluar masuk dengan bebas, biaya pembuatan kandang
lebih murah dan teknologi lebih mudah sedangkan kekurangannya adalah suhu
didalam kandang tidak dapat dibuat mendekati kebutuhan ideal ayam. Lantai
kandang menggunakan litter (sekam
padi) dengan ketebalan 10 cm. Sekam padi digunakan sebagai alas kandang
dikarenakan memiliki sifat menyerap air, tidak berbau dan tidak berdebu akan
tetapi alas kandang yang menggunakan litter kontrol amoniaknya harus dilakukan
secara ketat. Operator kandang dapat mengetahui kapan litter harus di olah atau
di lakukan spray (penyemprotan) dengan cara melihat kondisi ayam secara
langsung. Menurut pendapat Mulyantini (2010) bahwa penggunaan alas kandang
dengan litter dapat mengurangi masalah kaki lecet pada ayam, mengurangi
kanibalisme dan biaya lebih murah.
4.5. Pengaturan Suhu dalam Kandang
Pengaturan
suhu dalam kandang di PT Panca Patriot Prima adalah menggunakan blower. Blower berfungsi
untuk memperlancar sirkulasi udara, menurunkan suhu dalam kandang dan membuang
amonia didalam kandang. Operator kandang melihat kondisi ayam secara langsung
untuk mengetahui tingginya suhu dan kandungan amonia dalam kandang, karena
didalam kandang tidak terdapat termohigrometer.
Blower dinyalakan sesuai jam kerja operator yaitu pukul 07.00 sampai 16.00,
tetapi apabila suhu udara sudah rendah blower dimatikan begitu juga saat
kandungan amonia dalam kandang dirasa tinggi maka blower dinyalakan. Setiap 1
unit blower digunakan untuk 2 pen. Menurut Mulyantini (2010) bahwa pengaturan
suhu kandang pada kandang tebuka diatur oleh jendela kandang, ventilasi
berfungsi untuk mengatur pergerakan udara, sehingga dapat menurunkan kelembapan
dan kandungan amonia dalam kandang. Suhu dan kelembapan udara di PT Panca
Patriot Prima selama bulan Januari- Februari adalah sebesar 24.5°C dan 83.2%.
Menurut Rahayu et al. (2011) bahwa
suhu optimal untuk pemeliharaan ayam adalah berkisar antara 21-27°C.
Ilustrasi 4. Blower
4.6. Pencahayaan dalam Kandang
Manajemen
Pencahayaan di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu pada ayam umur 40-43
minggu adalah lampu nyala pada pukul 02.00 – 05.30 pagi dan pukul 17.30 – 19.00
malam. Jumlah lampu disetiap kandang rata-rata sebanyak 70 buah lampu dengan
daya 18 watt. Warna cahaya berwarna kuning. Total pencahayaan adalah 17 jam
yang berasal dari cahaya matahari 12 jam dan lampu 5 jam. Intensitas cahaya
lampu sejajar dengan kepala ayam pada setiap kandang berkisar antara 50-80 lux.
Hal tersebut sudah cukup baik terbukti dengan tercapainya produksi telur yang
berada diatas standar. Intensitas cahaya diukur dengan light meter. Menurut pendapat Sulistyoningsih (2009) bahwa
intensitas cahaya yang diberikan pada unggas, berkisar antara 5 - 20 lux. Lewis
(2009) menyatakan bahwa intensitas cahaya 30-60 lux dapat meningkatkan jumlah
telur tetas karena ayam akan bertelur didalam nest atau sangkar. Cahaya berperan dalam proses produksi telur
melalui sekresi hormon LH (luteinizing
hormone) dan FSH (Follicle
stimulating hormone) yang akan menunjang kerja ovarium. Mulyantini (2010)
menyatakan bahwa cahaya yang mengenai mata akan diterima oleh reseptor mata
pada ayam, rangsangan diteruskan ke hipofisa kemudian hipofisa menggertak
kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormon gonadotropin yang berperan dalam
proses reproduksi yaitu perkembangan ovarium dan dapat mempengaruhi produksi
telur.
Berdasarkan
perhitungan intensitas cahaya dan kebutuhan lampu (Lampiran 9) diperoleh bahwa
pada kandang 1intensitas cahaya yang dibutuhkan adalah sebesar 11,43 lux dan
jumlah lampu sebanyak 84 buah sedangkan pada kandang 18 intensitas cahaya yang di
butuhkan sebesar 11,76 lux dengan jumlah lampu sebanyak 96 buah. Perbedaan
jumlah lampu dan intensitas cahaya yang diperlukan pada setiap kandang
dipengaruhi oleh kepadatan kandang. Intensitas cahaya sebesar 5-10 lux dapat
memberikan performans yang baik, karena intensitas cahaya dibawah 5 lux dapat
menyebabkan kebutaan pada ayam. Menurut Meisnaningsih (2014) bahwa Intensitas
cahaya yang sangat rendah dibawah 5 lux dapat menyebabkan kebutaan pada ayam
dan unggas yang dipelihara dengan lama pencahayaan 17 sampai 20 jam per hari
dan intensitas cahaya 5-10 lux memberikan efek performance yang lebih baik dibandingkan dengan unggas yang mendapatkan
pencahayaan full 24 jam.
|
Ilustrasi 5. Pencahayaan
dalam kandang.
4.7. Indikator
Keberhasilan Manajemen Ayam Pembibit
4.7.1. Mortalitas
Angka
mortalitas di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel.1
Tabel 1. Data Mortalitas
Umur
|
Jantan
|
Betina
|
-----------------(%)----------------
|
||
40
|
1.38
|
0.14
|
41
|
1.01
|
0.11
|
42
|
0.86
|
0.10
|
43
|
0.91
|
0.18
|
Sumber : Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.
Ilustrasi 6. Mortalitas
Angka
mortalitas ayam pembibit di unit Batu cenderung berada berada pada kisaran
normal. Nilai mortalitas diperoleh dengan membandingkan antara jumlah ayam yang
mati dengan jumlah ayam yang hidup atau populasi total. Mortalitas pada fase
layer dipengaruhi oleh kanibalisme dan adanya penyakit. Angka mortalitas yang
tinggi dapat mengakibatkan penurunan produksi telur, sehingga angka mortalitas
harus ditekan sekecil mungkin agar produksi telur yang dihasilkan tetap dalam
kisaran normal. Mortalitas dapat dicegah dengan melakukan sanitasi dan
biosecurity yang ketat, pengendalian penyakit dan manajemen yang baik. Angka
mortalitas ayam pembibit strain Cobb yang berumur 41-34 minggu berkisar antara
4,1-4,7% (Cobb, 2008). Program pencahayaan yang baik dapat menekan kanibalisme,
menekan angka mortalitas dan rasio pejantan dan betina dalam kandang sesuai standar sehingga tidak akan terjadi
persaingan antara betina saat melakukan aktivitas kawin. Menurut Mulyantini
(2010) bahwa program pencahayaan ayam pembibit pada fase layer dapat mengurangi
angka mortalitas dan mempengaruhi produksi telur.
4.7.2. Rasio perbandingan jantan dan betina
Rasio
perbandingan jantan dan betina di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat
dilihat pada tabel.2
Tabel 2. Rasio
perbandingan jantan dan betina
Umur
|
Jantan
|
Betina
|
---------------(ekor)-------------
|
||
40
|
4.553
|
46.892
|
41
|
4.507
|
46.838
|
42
|
4.468
|
46.791
|
43
|
4.427
|
46.736
|
Sumber
: Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.
Rasio Perbandingan jantan dan betina
ayam pembibit di Unit Batu berada pada batas standar yaitu 1:10, apabila
perbandingan antara jumlah jantan dan betina tidak sesuai atau jumlah jantan
terlalu banyak maka dapat mengakibatkan kanibalisme antar pejantan, apabila
pada kandang tertentu rasio jantan dan betina tidak seimbang maka harus
dilakukan pemerataan agar rasio jantan dan betina kembali seimbamg. Menurut
Rahayu (2011) bahwa rasio perbandingan jantan dan betina yang ideal adalah
1:10. Percampuran ayam jantan dan betina dilakukan jika ayam sudah berumur 20
minggu. Menurut Mulyantini (2010) bahwa perbandingan jumlah jantan dan betina
yang terlalu banyak ataupun sedikit dapat menurunkan fertilitas, apabila jumlah
jantan kurang dari yang dibutuhkan maka betina tidak sempat dikawini, akibatnya
akan menghasilkan telur tetas yang tidak dibuahi dan menurunkan produksi telur
tetas, sedangkan apabila jumlah jantan terlalu banyak akan menimbulkan
kanibalisme antar pejantan dan dapat menyebabkan penurunan daya tetas telur
yang dihasilkan.
4.7.3. Konsumsi Pakan
Konsumsi
pakan jantan dan betina di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Konsumsi Pakan Ayam Pembibit
(sampling)
Kandang
|
Betina (g/ekor/hari)
|
Jantan (g/ekor/hari)
|
1
|
157,13
|
124,89
|
2
|
157,82
|
124,45
|
3
|
156,09
|
125,21
|
4
|
157,09
|
125,06
|
5
|
156,77
|
125,06
|
6
|
157,16
|
125,17
|
7
|
156,78
|
125,01
|
8
|
156,93
|
123,73
|
Sumber: Data Primer PT. Panca Patriot Prima,
2016.
Data konsumsi pakan ayam pembibit betina
berkisar antara 156-157 g dan ayam jantan berkisar antara 123-125 g. Pakan yang
diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
ayam agar ayam dapat berproduksi secara maksimal. Pakan yang digunakan
diproduksi sendiri oleh PT. Panca Patriot Prima dengan kasdar protein kasar
sebesar 16% dan EM 2680 kkal/kg. Menurut pendapat Rahayu et al. (2011) pakan untuk ayam pembibit pedaging fase produksi
adalah protein sebesar 16% dan energi metabolis sebesar 2.860 kkal/ kg.
Pemberian pakan pada fase produksi disesesuaikan dengan produksi telur yang
dihasilkan. Tabel point feed di PT.
Panca Patriot Prima dapat dilihat pada (lampiran --). Konsumsi pakan ayam
pembibit sudah baik karena sudah sesuai dengan kebutuhan pakan. Menurut standar
performance cobb (2008) pakan yang diberikan saat hen day sebesar 75-70% adalah berkisar antara 160-158 g/ekor/hari.
4.7.4. Kontrol bobot badan
Hasil
Penimbangan di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel.4
Tabel 4. Data Keseragaman bobot badan (sampling)
Umur
|
Jantan
|
Betina
|
||||
Kandang
|
8
|
18
|
8
|
18
|
||
-------------------(%)-------------------
|
||||||
41
|
90
|
85
|
90
|
81
|
||
43
|
90
|
95
|
89
|
94
|
||
Rerata
|
90
|
90
|
89,5
|
87,5
|
||
Sumber
: Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.
Ilustrasi 7. Penimbangan ayam
Keseragaman
bobot badan ayam pembibit di unit Batu rata-rata pada umur 41 dan 43 minggu
yaitu untuk jantan sebesar 90% dan betina 88,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat keseragaman bobot badan untuk ayam jantan dan betina baik karena
nilainya berada diatas 80%. Kontrol bobot badan pada fase layer bertujuan agar
ayam pembibit tidak kelebihan bobot badan atau bobot badan melebihi standar dan
dapat menghasilkan telur dengan kualitas yang baik. Menurut pendapat Rahayu et al. (2011) bahwa tingkat keseragaman
yang baik adalah >80%, kontrol bobot badan harus`dilakukan bertujuan untuk
menghasilkan telur yang ukurannya lebih besar, memiliki bobot telur yang baik,
kualitas telur baik dan sudah siap untuk ditetaskan. Kontrol bobot badan pada
ayam jantan dapat menaikkan fertillitas sehinggga telur tetas yang dihasilkan
memiliki daya tetas yang tinggi. Program pencahayaan berpengaruh terhadap
keseragaman bobot badan ayam pembibit, karena adanya cahaya lampu pada malam
hari akan mempengaruhi aktivitas atau tingkah laku ayam seperti tingkah laku
makan. Apabila pada malam hari tidak terdapat cahaya maka ayam akan mengurangi
aktivitasnya termasuk makan, sehingga bobot badan dapat terkontrol. Menurut Setianto
(2009) bahwa intensitas cahaya dapat mempengaruhi tingkah laku ayam, pada
intensitas cahaya yang rendah akan terjadi penurunan aktivitas.
4.7.5. Konversi pakan
Hasil
Konversi pakan di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada
tabel.5
Tabel 5. Data Konversi Pakan (sampling)
Umur (mg)
|
Konversi pakan
|
40
|
1.64
|
41
|
1.56
|
42
|
1.54
|
43
|
1.57
|
Sumber : Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.
Nilai
konversi pakan ayam pembibit di PT Panca Patriot Prima Farm unit Batu berkisar
antara 1.54 - 1.64. Nilai konversi pakan diperoleh dengan membandingkan antara
konsumsi pakan dengan produksi telur yang dihasilkan. Besarnya konversi pakan
yang diperoleh berada dalam kisararan normal. Menurut pendapat Fadilah et al. (2007) bahwa semakin besar nilai
konversi berarti pakan menjadi tidak efisien. Ditambahkan oleh pendapat
Handayani (2014) bahwa apabila konversi pakan lebih besar dari angka 2 maka
pemeliharaan dianggap sudah tidak menguntungkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya nilai konversi pakan adalah konsumsi pakan dan produksi
telur, apabila konsumsi pakan tinggi tetapi produksi telur yang dihasilkan
rendah berarti pakan yang diberikan tidak efisien.
4.7.6. Produksi telur
Produksi
telur di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel .6
Tabel 6. Data Produksi Telur (Sampling)
Umur
(mg)
|
|
Hen
day production (%)
|
Standar HDP
(%)
|
|
kandang
|
1
|
8
|
18
|
|
40
|
68,59
|
65,5
|
75,7
|
73*
|
41
|
72,06
|
71,3
|
74,6
|
72*
|
42
|
72,73
|
72,5
|
73,6
|
71*
|
43
|
71,90
|
73,75
|
72,6
|
70*
|
Rata-rata
|
71,32
|
70,76
|
74,12
|
|
Sumber : Data
Primer Panca Patriot Prima, 2016.
Keterangan
*: Standar performance Cobb breeder,
2008.
Produksi telur ayam pembibit unit
Batu pada kandang 1 dan 8 adalah fluktuatif sedangkan produksi telur kandang 18
adalah sesuai standar. Produksi telur dikandang 1 dan 8 pada minggu ke 40
berada dibawah standar, hal ini karena ternak sedang dalam fase pemulihan
dimana pada minggu sebelumnya ayam terserang penyakit snot yang mengakibatkan
penurunan produksi telur, sedangkan pada minggu ke-41 sampai minggu ke-43
produksi telur kembali mengalami peningkatan karena kondisi ayam sudah kembali
normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi telur diantaranya kondisi
fisiologis, konsumsi pakan dan program pencahayaan, apabila ternak dalam
kondisi sakit atau fisiologisnya terganggu maka ternak akan mengurangi
aktivitas atau tingkah lakunya seperti tingkah laku kawin, makan sehingga
produksi telur yang dihasilkan menurun. Menurut pendapat Mulyantini (2010)
bahwa produksi telur yang dihasilkan ayam pembibit dipengaruhi oleh jumlah
pemberian pakan dan konsumsi pakan. Produksi telur akan mengalami penurunan
sekitar 1% setiap minggu setelah puncak produksi. Puncak produksi tercapai saat
berumur sekitar 30-32 minggu. Menurut Anang et
al. (2007) bahwa produksi telur akan mengalami penurunan sekitar 1% setiap
minggu setelah puncak produksi.
Program
pencahayaan yang baik akan mempengaruhi produksi telur, karena dengan adanya
cahaya akan membantu aktivitas kawin pada malam hari dan cahaya berperan dalam
proses produksi telur dimana cahaya akan merangsang sekresi hormon LH (luteinizing hormone) yang memiliki
fungsi memicu terjadinya proses ovulasi dan FSH (Follicle stimulating hormone) yang berfungsi merangsang proses
pematangan folikel telur pada ovarium. Menurut pendapat Sulistyoningsih (2009)
bahwa cahaya dapat merangsang sekresi hormon yang berperan dalam proses
pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan tingkah laku ayam. Mulyantini (2010)
menambahkan bahwa cahaya yang mengenai mata akan diterima oleh reseptor mata
pada ayam, rangsangan diteruskan ke hipofisa kemudian hipofisa menggertak
kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormon gonadotropin yang berperan dalam
proses reproduksi yaitu perkembangan ovarium dan dapat mempengaruhi produksi
telur
4.7.7. Indeks Performa
Berdasarkan
perhitungan Indeks performa (IP) untuk ayam pembibit
betina Strain Cobb 500 (Lampiran 10.) di PT.
Panca Patriot Prima adalah sebesar 687,54. Nilai IP yang diperoleh termasuk
dalam kategori istimewa. Menurut pendapat Santoso dan Sudaryani
(2009) dalam Handayani (2009) bahwa kriteria indeks performa ayam broiler
apabila < 300 = kurang, 301 -324 = cukup, 326 – 350 = Baik, 351 – 400 =
sangat baik dan apabila > 400 = istimewa. Nilai IP yang semakin tinggi maka
semakin bagus. Besarnya nilai IP dipengaruhi oleh konversi pakan, mortalitas,
bobot badan dan umur panen. Menurut pendapat Fadilah et al. (2007) bahwa semakin besar nilai IP yang diperoleh maka
semakin baik prestasi ayam dan semakin baik efisiensi pakan.
BAB
V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan
hasil praktik kerja lapangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
manajemen pencahayaan ayam pembibit di PT. Panca Patriot Prima Farm, Unit Batu
fase layer sudah baik, karena indikator keberhasilan manajemen ayam pembibit berada
pada kisaran normal. Tingkat mortalitas berkisar 0,11-1,38% , keseragaman bobot
badan ayam betina 89% dan jantan 90%, konversi pakan berkisar 1,54-1,64%,
produksi telur yang dihasilkan rata-rata 72% dan Indeks performa >400.
5.2. Saran
Sebaiknya saat
siang hari dan cuaca mendung serta berkabut lampu dinyalakan agar ayam tetap
dapat melakukan aktivitasnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anang, A., H. Indrijani dan T. A.
Sundara. 2007. Model matematika kurva produksi telur ayam broiler breeder
parent stock. J. Ilmu Ternak. 7(1) :
6 – 11.
Andisuro, R. 2011. Tingkah laku ayam broiler di kandang
tertutup dengan suhu dan warna cahaya yang berbeda. Institut Pertanian
Bogor.(Skripsi).
Bolukbasi, S.C. and Hakki Emsen.
2006. The Effect of Diet with Low
Protein and Intermittent Lighting on Ascites Induced by Cold Temperature and
Growth Performance in Broilers. Dalam : Sulistyoningsih, M. 2009.
Pengaruh Pencahayaan (Lighting) terhadap performans dan konsumsi protein pada
ayam. Prosiding Seminar Nasional. UPI, Bandung.
Cholis,
N., Hastuti, D dan Sutiono,
B. 2009. Tatalaksana pemeliharaan ayam ras petelur Periode layer di Populer
farm desa Kuncen Kecamatan
Mijen Kota Semarang. Mediagro. 5(2) : 38 – 49.
Classen, H. L., C. B Annet, K. V.
Schwean-lardner, R. Gonda & D. Derow. 2004. The effects of lighting
programmes with twelve hours of darkness per day provided in one, six or twelve
hour interval on the productivity and health of broiler chickens. Dalam:
Andisuro, R. 2011. Tingkah laku ayam
broiler di kandang tertutup dengan suhu dan warna cahaya yang berbeda. Institut
Pertanian Bogor. (Skripsi).
Fadilah . R., A.
Polana., S. Alam., & E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Fijana,
M, F., Suprijatna, E dan Atmomarsono, U. 2012. Pengaruh proporsi pemberian pakan pada siang malam hari dan pencahayaan
pada malam hari terhadap produksi karkas ayam broiler. Animal agriculture journal. 1(1) : 697 – 710.
Handayani, I.
2009. Efisiensi ekonomi frekuensi pemberian pakan pada pemeliharaan ayam
broiler. Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi).
Kartadisastra, H, R. 2008.
Pengelolaan Pakan Ayam. Kaniusius, Yogyakarta.
Kasiyati dan Muliyani, H. 2013. Peran
Kombinasi Cahaya Monokromatik Dalam Menstimulasi Pertumbuhan
dan Matang Kelamin Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) Buletin Anatomi dan Fisiologi 21(1): 64-74.
King, D. F., 1962. Egg production
of chickens raised and kept in darkness. Dalam : Renema, R, A.,
Robinson, F,E., Feddes, J, J, R., Fasenko, G, M dan Zuidhof, M, J. 2001.
Effects of light intensity from photostimulation in four strains of commercial
egg layers: 2. Egg production parameters. Poultry Science. 80 1121 – 1131.
Lewis, P. 2009. Lighting for
Broiler Breeders. Aviagen, Turkey.
Lupicki, M, E. 1993. Ovarian
Morphology and Steroidogenesis in Domestic Fowl (Gallus domesticus): Effects of
Aging, Strain, Photostimulation Program and Level of Feeding. Dalam :
Renema, R, A., Robinson, F,E., Feddes, J, J, R., Fasenko, G, M dan Zuidhof, M,
J. 2001. Effects of light intensity from photostimulation in four strains of
commercial egg layers: 2. Egg production parameters. Poultry Science. 80 1121 –
1131.
Meisnaningsih A,
M. 2014. Efisiensi Ekonomi Pemberian cahaya pada pemeliharaan ayam broiler. Universitas
Hasanuddin, Makassar. (Skripsi).
Mulyantini,
N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
North, M. O.
1984. Commercial Chicken Production Manual. AVI Publication Co, Connecticut.
Peric, L, N., Milasevis., Zikic,
G,U,D dan Bozic, A. 2005. Effect of lighting program on development of follicle
during sexual maturation of laying hens. Biotechnology in Animal Husbandary
21(6) : 247 – 251.
Prayitno,
D. S., C. J. C. Phillips. and D. K. Stokes. 1994. The effects of color and
intensity of light on behavior and leg disorders in broiler chickens. Dalam :
Fijana, M, F., Suprijatna, E dan Atmomarsono, U. 2012. Pengaruh proporsi pemberian pakan pada siang malam hari dan pencahayaan
pada malam hari terhadap produksi karkas ayam broiler. Animal agriculture journal. 1(1) : 697 – 710.
Rahayu, I., T. Sudaryani dan H. Santosa.
2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setianto, J.
2009. Program pencahayaan untuk ayam pedaging. Jurmal Sains Peternakan
Indonesia. 3(1): 24-29.
Standar Nasional Indonesia. 2013.
Bibit niaga (Final stock) umur
sehari/kuri day old chick -Bagian 1 :
Ayam ras tipe pedaging. SNI 4868.1:2013.
Standar Performance Cobb Breeder. 2008. Cobb
Breeder Management Guide.
Sudrajad. 2003. Beternak Ayam Pelung. Kanisius,
Yogyakarta.
Sugiarto. 2008. Perdorma ayam
broiler dengan pakan komersial yang mengandung tepung kemangi (Ocinum basilicum). Institut Pertanian
Bogor. (Skripsi).
Sulistyoningsih. 2004. Respon
fisiologis dan tingkah laku ayam broiler periode starter akibat cekaman
temperatur dan awal pemberian pakan yang berbeda. Universitas Diponegoro.
(Tesis)
Sulistyoningsih, M. 2009. Pengaruh
Pencahayaan (Lighting) terhadap performans dan konsumsi protein pada ayam.
Prosiding Seminar Nasional. UPI, Bandung.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner
A.
Keadaan Umum Perusahaan
A.
Profil Perusahaan
Ø
Nama perusahaan
:
Ø
Bentuk usaha :
Ø
Tanggal berdiri
:
Ø
Pemilik
perusahaan
Ø
Status hukum
(Nomor surat izin berdiri, izin pendirian)
B.
Lokasi Perusahaan
Ø
Alamat lokasi
Ø
Luas area
perusahaan
Ø
Peta lokasi
Ø
Tata letak
kandang (Lay Out)
Ø
Ketinggian dari
permukaan air laut
Ø
Makroklimat
Kandang
-
Suhu :
-
Kelembaban :
Ø
Curah hujan
Ø
Sumber air
Ø
Jarak dari
pemukiman
Ø
Alasan pemilihan
lokasi
C.
Struktur Organisasi
Ø
Jumlah dan
cakupan kerja manager
Ø
Jumlah dan
cakupan kerja supervisor
Ø
Jumlah dan
cakupan kerja karyawan
Ø
Jumlah dan
cakupan kerja karyawan tidak tetap
Ø
Pendidikan
pekerja
D.
Fasilitas Perusahan
Ø
Transportasi
Ø
Komunikasi
Ø
Perkandangan
- Panjang :
- Lebar :
- Tinggi :
Ø
Pergudangan
Ø
Peralatan
B.
Manajemen Pencahayaan
a.
Cahaya
Ø
Jumlah
Ø
Jenis lampu
Ø
Intensitas
Ø
Lama pencahayaan
Ø
Warna cahaya
Ø
Daya Lampu
C.
Indikator Zooteknis
Ø
Bobot Badan
Ø
Mortalitas
Ø
Rasio Pejantan :
Betina
Ø
Konversi pakan
Ø
Hen day production
Ø
Indeks
Performance
Ø
Suhu
Ø
Kelembapan
Lampiran 2. Denah Lokasi Perusahaan PT.
Panca Patriot Prima Farm unit Batu
Lampiran 3. Layout kandang PT. Panca Patriot Prima Farm unit Batu
Lampiran 4. Struktur Organisasi PT.
Panca Patriot Prima Farm unit Batu
Lampiran 5. Data Produksi Telur
Data Produksi Telur Kandang 8
Hari ke-
|
Produksi telur
|
Hari ke-
|
Produksi telur
|
1
|
993
|
15
|
1.183
|
2
|
1.077
|
16
|
1.207
|
3
|
1.069
|
17
|
1.224
|
4
|
1.095
|
18
|
1.214
|
5
|
1.140
|
19
|
1.229
|
6
|
1.146
|
20
|
1.246
|
7
|
1.160
|
21
|
1.235
|
8
|
1.197
|
22
|
1.236
|
9
|
1.133
|
23
|
1.233
|
10
|
1.127
|
24
|
1.239
|
11
|
1.198
|
25
|
1.215
|
12
|
1.187
|
26
|
1.232
|
13
|
1.214
|
27
|
1.229
|
14
|
1.199
|
28
|
1.232
|
Lampiran 6. Data Penimbangan Bobot
Badan
Hasil penimbangan kandang 8 dan kandang 18
Umur (minggu)
|
Kandang
|
Bobot badan betina (g)
|
uniformity
|
Bobot badan jantan (g)
|
uniformity
|
41
|
8
|
4574
|
90
|
4790
|
90
|
43
|
8
|
4650
|
89
|
4811
|
90
|
41
|
18
|
4091
|
81
|
4791
|
85
|
43
|
18
|
4003
|
94
|
4906
|
95
|
Lampiran 7. Data Pengukuran Suhu
Hari
ke-
|
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
|
----------------------(°C)-------------------
|
||
1
|
22.6
|
24.6
|
26
|
2
|
23.1
|
23.7
|
24.5
|
3
|
23.4
|
24.1
|
24.1
|
4
|
22.4
|
24.9
|
25
|
5
|
23.4
|
26.8
|
27.4
|
6
|
23.3
|
26.5
|
27.6
|
7
|
23.4
|
25
|
26.5
|
8
|
23.4
|
26.4
|
27.3
|
9
|
23.6
|
25.9
|
26.1
|
10
|
23.1
|
23.7
|
24.5
|
11
|
22.4
|
25.9
|
26.1
|
12
|
23.1
|
24.1
|
24.1
|
13
|
22.3
|
25
|
25.8
|
14
|
22.4
|
23.7
|
24.1
|
15
|
22.4
|
23.7
|
24
|
16
|
22.9
|
25.4
|
25.9
|
17
|
22.6
|
24.6
|
26.1
|
18
|
23.4
|
25.5
|
25
|
19
|
22.5
|
23.3
|
23.6
|
20
|
21.9
|
23.9
|
24.6
|
21
|
22.8
|
25.9
|
26.1
|
22
|
22.9
|
26.7
|
26.4
|
23
|
22.6
|
26
|
25.8
|
24
|
22.4
|
26.4
|
25.8
|
25
|
22.6
|
26.4
|
28
|
26
|
22.9
|
26.8
|
28.4
|
27
|
24.3
|
26.8
|
27.5
|
28
|
23.4
|
23.9
|
23.6
|
29
|
22.4
|
26.3
|
26.7
|
30
|
22.8
|
23.9
|
24.1
|
Rerata
|
22.87
|
25.17
|
25.66
|
Lampiran 8. Data Pengukuran Kelembapan
Hari ke-
|
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
|
----------------------(%)-------------------
|
||
1
|
87
|
86
|
84
|
2
|
87
|
85
|
85
|
3
|
86
|
85
|
85
|
4
|
88
|
81
|
86
|
5
|
79
|
78
|
78
|
6
|
80
|
81
|
73
|
7
|
80
|
80
|
77
|
8
|
81
|
81
|
81
|
9
|
81
|
82
|
82
|
10
|
85
|
87
|
87
|
11
|
88
|
82
|
85
|
12
|
86
|
87
|
87
|
13
|
89
|
86
|
85
|
14
|
88
|
87
|
87
|
15
|
88
|
87
|
87
|
16
|
86
|
86
|
83
|
17
|
86
|
87
|
84
|
18
|
86
|
87
|
86
|
19
|
89
|
88
|
88
|
20
|
89
|
89
|
88
|
21
|
81
|
83
|
82
|
22
|
81
|
77
|
78
|
23
|
81
|
83
|
83
|
24
|
84
|
81
|
83
|
25
|
83
|
82
|
73
|
26
|
79
|
78
|
73
|
27
|
80
|
78
|
78
|
28
|
81
|
81
|
81
|
29
|
84
|
80
|
79
|
30
|
83
|
82
|
81
|
Rerata
|
84.2
|
83.2
|
82.3
|
Lampiran
9. Perhitungan Intensitas Cahaya dan Kebutuhan Lampu
Kandang
1
Jumlah lampu = 84 buah
Daya lampu = 18 watt
Luas kandang = 810 m2
1 watt =
12,56 lumen
Yang diterima ayam = 49% x 12,5 lumen (efektif cahaya yang
diterima)
=
6,125
Intensitas cahaya =
=
=
11,43 lux
Jadi, intensitas cahaya yang dibutuhkan
oleh ayam untuk kandang 1 adalah 12 lux.
Kebutuhan lampu =
=
=
=
84
Jadi, jumlah lampu yang dibutuhkan dalam
1 kandang untuk kandang 1 adalah 84 buah.
Lampiran
9. (lanjutan)
Kandang
18
Jumlah lampu = 96 buah
Daya lampu = 18 watt
Luas kandang = 900 m2
1 watt =
12,56 lumen
Yang diterima ayam = 49% x 12,5 lumen (efektif cahaya yang
diterima)
=
6,125
Intensitas cahaya =
=
=
11,76 lux
Jadi, intensitas cahaya yang dibutuhkan
oleh ayam untuk kandang 1 adalah 12 lux.
Kebutuhan lampu =
=
=
=
96
Jadi, jumlah lampu yang dibutuhkan dalam
1 kandang untuk kandang 18 adalah 96 buah.
Lampiran 10. Daftar Jumlah Lampu
Per Kandang
Kandang
|
Jumlah Lampu
|
Luas Kandang (m2)
|
1
|
84
|
810
|
2
|
84
|
720
|
3
|
60
|
594
|
4
|
60
|
594
|
5
|
66
|
630
|
6
|
48
|
516,5
|
7
|
60
|
512
|
8
|
72
|
492
|
9
|
60
|
640
|
10
|
54
|
540
|
11
|
68
|
678
|
12
|
84
|
678
|
13
|
70
|
669
|
14
|
84
|
783
|
15
|
84
|
864
|
16
|
78
|
760
|
17
|
72
|
675
|
18
|
96
|
900
|
19
|
78
|
925
|
20
|
21
|
192
|
Lampiran 11. Perhitungan Indeks
Performa
Indeks
Performa (IP) Betina
Sampling kandang 8 umur 43 minggu
Bobot badan = 4,65 kg
FCR =
1,57
Mortalitas = 0,18%
IP =
=
=
687,54
Jadi, indeks performa untuk ayam pembibit
betina Cobb 500 di PT. Panca Patriot Prima adalah 687,54.
Lampiran 12. Pola Pemberian Pakan
No
|
Kenaikan Pakan
|
Penurunan
Pakan
|
||||
|
HD (%)
|
Pakan
(gram/ekor/hari)
|
HD (%)
|
Umur (mg)
|
Pakan
(gram/ekor/hari)
|
|
1
|
5
|
125
|
80 – 76
|
33
|
163
|
|
2
|
15
|
131
|
75 – 71
|
34
|
160
|
|
3
|
20
|
135
|
70 – 66
|
46
|
158
|
|
4
|
25
|
139
|
65 – 61
|
51
|
156
|
|
5
|
35
|
146
|
60 – 51
|
56
|
154
|
|
6
|
45
|
152
|
<50
|
61
|
150
|
|
7
|
55
|
158
|
|
|
|
|
8
|
65
|
165
|
|
|
|
|