Jumat, 12 Mei 2017

LAPORAN PKL

BAB I
PENDAHULUAN
Indutri perunggasan di Indonesia saat ini sudah mampu memenuhi permintaan daging ayam broiler. Hal ini didukung oleh tersedianya bibit DOC yang berkualitas baik. Hal yang harus diperhatikan agar ayam pembibit pedaging dapat menghasilkan DOC yang berkualitas baik adalah manajemen pemeliharaan, perkandangan, pakan, kontrol bobot badan dan terciptanya kondisi lingkungan yang nyaman bagi ternak agar ayam pembibit dapat menghasilkan telur dengan daya tetas dan fertilitas yang tinggi sehingga diperoleh bibit yang berkualitas baik.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kenyamanan ternak dan mempengaruhi produktivitas ternak. Cahaya berfungsi sebagai penerangan, memudahkan ternak saat melakukan aktivitas baik aktivitas makan, kawin, bertelur, mempengaruhi pertumbuhan tulang dan kaki serta mengontrol kanibalisme. Pengaturan cahaya memiliki peran yang penting bagi ternak, apabila pengaturan cahaya tidak sesuai maka akan mempengaruhi produktivitas ternak. Hal ini menjadikan manajemen pencahayaan pada ayam pembibit harus diperhatikan agar dapat mengahasilkan bibit ternak yang unggul dan bermutu.
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui manajemen ayam pembibit broiler fase produksi. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan PKL ini adalah untuk ,menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman meningkatkan keterampilan dan mengetahui manajemen pencahayaan di PT. Panca Patriot Prima Farm, Malang, Jawa Timur.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Ayam Pembibit
Ayam pembibit merupakan ayam yang dibudidayakan untuk menghasilkan bibit induk yang berkualitas baik. Faktor yang diperhatikan dalam memilih iduk pembibit adalah faktor final stock dan faktor performance induk. Strain yang dipilih dapat menghasilkan final stock yang bagus dan induk dapat menghasilkan telur dengan daya tetas yang tinggi (Rahayu, 2011). Syarat bibit ayam ras berdasarkan SNI yaitu kondisi fisik sehat, normal, berdiri tegak, paruh normal, aktif, tidak ada kelainan, sekitar pusar serta dubur kering dan berasal dari parent stock tipe pedaging umur 24 -68 minggu dengan bobot tetas minimal 52 gram (SNI, 2013). Manajemen pemeliharaan untuk memproduksi ayam pembibit meliputi beberapa hal diantaranya biosekuriti dan sanitasi yang ketat, manajemen pemeliharaan ayam jantan dan ayam betina, program seleksi serta pencegahan penyakit. Ayam jantan dipisahkan dengan ayam betina pada minggu-minggu pertama periode pertumbuhan agar mengurangi stres dan tidak bersaing dalam mengkonsumsi pakan. Pemisahan kandang berdasarkan umur, perbandingan pejantan dan betina, kontrol bobot badan dan pencahayaan. Pemberian cahaya diperlukan untuk membuat unggas aktif dan dapat menemukan sarang sehingga dapat dihasilkan produksi telur tetas maksimal (Mulyantini, 2010).


2.2.      Pencahayaan

Cahaya berfungsi dalan proses penglihatan, dengan adanya cahaya ternak akan lebih mudah dalam beraktivitas (aktif), mempermudah saat makan, dapat melihat lingkungan sekitar terutama pakan dan minum yang tersedia sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian dan dapat menekan kematian. Unggas makan saat terang dan hampir tidak ada aktivitas makan saat gelap (Mauludin, 2014). Program pencahayaan membantu mengoptimalkan kontol bobot badan. Pencahayaan berperan dalam memperbaiki produksi telur dan proses pertumbuhan (Mulyantini, 2010). Sumber cahaya dapat berasal dari sinar matahari saat siang hari dan lampu pada malam hari. Rangsangan cahaya dapat memicu perkembangan alat reproduksi ayam betina menjadi dewasa kelamin (Rahayu, 2011). Cahaya dapat merangsang ayam petelur untuk mulai memproduksi telur (Lupicki 1993 dalam Renema et al., 2001). Cahaya yang mengenai mata akan diterima oleh reseptor mata pada ayam, rangsangan diteruskan ke hipofisa kemudian hipofisa menggertak kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormon gonadotropin yang berperan dalam proses reproduksi yaitu perkembangan ovarium dan dapat mempengaruhi produksi telur (Mulyantini, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang dipelihara tanpa diberikan cahaya produksi telur yang yang dicapai sebesar 59% sedangkan ayam yang diberikan program pencahayaan 6 jam dan ditambah rancangan cahaya 15 menit per hari selama seminggu produksi telur mangalami kenaikan menjadi 73% (King 1962 dalam Renema et al., 2001). Pemilihan program pencahayaan selama pemeliharaan sangat penting bagi keberhasilan produksi karena mempengaruhi produksi jumlah telur pada awal masa produksi dan konsumsi pakan (Peric et al., 2005).

2.3.      Lama Cahaya

            Lama pencahayaan merupakan faktor lingkungan terpenting dalam kehidupan ayam, cahaya berperan dalam proses fisiologis dan tingkah laku ayam. Cahaya dapat merangsang sekresi horman yang berperan dalam proses pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan tingkah laku ayam (Sulistyoningsih, 2009). Tingkah laku ternak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam yang meliputi hormon dan sistem syarat sedangkan faktor luar meliputi cahaya, suhu dan kelembapan (Andisuro, 2011). Program pencahayaan bertujuan untuk memperlambat laju pertumbuhan pada fase awal agar ayam dapat mencapai dewasa tubuh sebelum pertumbuhan dan perkembangan otot tercapai secara maksimal (Setianto, 2009). Cahaya yang mengenai mata akan diterima oleh reseptor mata pada ayam, rangsangan diteruskan ke hipofisa kemudian hipofisa menggertak kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormon yang berperan dalan proses pertumbuhan, perkembangan, metabolisme dan reproduksi. Lama pemberian cahaya dan intensitas cahaya saat produksi telur sebaiknya tidak dikurangi (Mulyantini, 2010). Pemberian cahaya selama 16 jam dapat menurunkan stres, peningkatan kekebalan, peningkatan metabolisme tulang, peningkatan aktivitas dan kesehatan kaki (Classen et al., 2004 dalam Andisuro 2011). Lama pencahayaan untuk ativasi hormon yang ideal adalah 11-12 jam dan internsitas cahaya yang diberikan berkisar antara 5 -20 lux (Prayitno et al., 1994 dalam Fijana et al., 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan dengan lama terang 12 jam dan lama gelap 6 jam dan 8 jam dapat menurunkan konsumsi ransum (Fijana et al., 2012).

2.4.      Intensitas Cahaya

            Intensitas cahaya merupakan kekuatan cahaya yang diberikan pada unggas, dinyatakan dalam satuan lux (lx) atau lumen/m2, berkisar antara 5 - 20 lux (Sulistyoningsih, 2009). Intensitas cahaya mempengaruhi tingkah laku ayam. Intensitas cahaya yang rendah dapat mengontrol kanibalisme dan dapat meningkatkan bobot badan karena terjadi penurunan aktivitas fisik sedangkan intensitas cahaya yang tinggi akan meningkatkan aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan tulang sehingga dapat meningkatkan kesehatan kaki (Setianto, 2009). Intensitas cahaya yang sangat rendah dibawah 5 lux dapat menyebabkan kebutaan pada ayam. Intensitas cahaya dipengaruhi oleh luas dan kepadatan kandang (Saputro 2007 dalam Meisnaningsih 2014). Unggas yang dipelihara dengan lama pencahayaan 17 sampai 20 jam per hari dan intensitas cahaya 5-10 lux memberikan efek performance yang lebih baik dibandingkan dengan unggas yang mendapatkan pencahayaan full 24 jam (Meisnaningsih, 2014).

2.5.      Warna Cahaya

            Warna ditentukan oleh panjang gelombang. cahaya dari panjang gelombang yang berbeda memiliki rangsangan yang berbeda beda pada retina mata sehingga dapat menghasilkan perubahan perilaku yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Ayam pada masa produksi dapat distimulasi dengan warna merah yang berperan untuk perkembangan organ-organ reproduksi (Sulistyoningsih, 2009). Ayam memiliki kepekaan yang paling baik pada warna kuning dan merah. Cahaya berwarna merah dapat meningkatkan aktivitas ayam sehingga dapat menguatkan tulang dan kaki. Warna merah merupakan warna terbaik untuk mendapatkan respon reproduksi (Mulyantini, 2010). Hasil penelitian menunjukkan  bahwa ayam yang dipelihara dengan suhu dan warna cahaya yang berbeda tidak menunjukkan adanya perbedaan tingkah laku makan pada ayam (Andisuro, 2011).

2.6.      Kandang
            Kandang merupakan bangunan yang digunakan untuk melindungi ternak dari pengaruh luar seperti hujan, panas dan angin. Kandang yang baik dapat menunjang produktivitas ternak, mengurangi stress dan meningkatkan produksi telur (Mulyantini, 2010). Berdasarkan dinding yang digunakan kandang ayam dibedakan menjadi kandang terbuka dan tertutup. Kandang terbuka memiliki keuntungan diantaranya sirkulasi udara lancar, biaya pembuatan kandang lebih murah dan teknologi lebih mudah akan tetapi kekuranganya adalah suhu di dalam kandang tidak dapat dibuat mendekati suhu ideal ayam. Sirkulasi udara dalam kandang harus diperhatikan dengan cara pemasangan blower atau kipas yang akan menarik dan mengeluarkan udara kotor serta amoniak keluar (Rahayu et al., 2011).  Kebutuhan lampu dalam suatu kandang berbeda-beda dipengaruhi oleh luas kandang dan intensitas cahaya, untuk mengetahui kebutuhan lampu dalam kandang dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
Jumlah lampu =

2.7.      Suhu dan Kelembaban
            Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi performa ayam. Ayam yang dipelihara pada suhu yang lebih rendah konsumsi pakannya lebih tinggi dari pada ayam yang dipelihara pada suhu yang lebih tinggi, hal ini karena ternak yang berada pada daerah panas mengalami cekaman panas sehingga akan menurunkan feed intake dan produktivitasnya akan menurun (Sulistyoningsih, 2004). Suhu optimal untuk pemeliharaan ayam adalah berkisar antara 21-27 °C (Rahayu et al., 2011). Kelembapan udara yang ideal untuk unggas di daerah tropik adalah tidak lebih dari 75% (North, 1982). Kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kandang menjadi agak basah sehingga dapat mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan pada ayam, untuk mengatasi hal tersebut maka kandang dibuat agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang dan lantai kandang menjadi kering (Sudrajad, 2003).

2.8.      Pakan
            Pakan untuk ayam pembibit periode layer sangat penting dan menentukan produksi telur yang dihasilkan, pakan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi ayam. Pakan untuk ayam pembibit pedaging fase produksi adalah protein sebesar 16% dan energi metabolis sebesar 2.860 kkal/ kg (Rahayu et al., 2011). Metode pemberian pakan yang diberikan yaitu everyday basis yaitu pemberian pakan berdasarkan kebutuhan pokok setiap hari sedangkan metode skip a day yaitu metode pemberian pakan dimana pakan diberikan setiap dua hari. Pemberian pakan pada ayam pembibit pada masa sebelum produksi harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya prolapsus yaitu suatu keadaan dumana ayam terlalu cepat bertelur padahal kondisi tubuhnya belum siap sehingga terjadi kerusakan saluran reproduksi dan menghasilkan telur dengan ukuran yang kecil sedangkan pemberian pakan pada fase produksi harus disesuaikan dengan produksi telur yang dihasilkan, semakin tinggi produksi telur maka pakan yang diburtuhkan semakin banyak (Kartadisastra, 2008).

2.9.      Indikator Keberhasilan Manajemen Ayam Pembibit
Indikator keberhasilan manajemen ayam pembibit meliputi tingkat mortalitas, keseragaman bobot badan, rasio pejantan dan betina, konsumsi pakan, konversi pakan, produksi telur, daya tetas, kualitas dan fertilitas telur yang dihasilkan (Mulyantini, 2010). Indikator keberhasilan tersebut dapat dicapai apabila didukung oleh berbagai aspek seperti tata laksana pemeliharaan yang baik, pemberian pakan yang sesuai, manajemen perkandangan,  manajamen pemberian cahaya dan pengendalian penyakit. Program pencahayaan untuk ayam pembibit pedaging adalah umur 1-3 hari lampu menyala`selama 24 jam, umur 2 minggu menyala 18 jam, umur 3 minggu menyala 16 jam, umur 4 - 19 minggu lampu pada malam hari dimatikan dan ketika umur 20 minggu pencahayaan ditambah satu jam, selanjutnya pemberian cahaya ditambah ½ jam per minggu sampai saat produksi 5% tercapai 16 jam (Rahayu, 2011).

2.9.1                Mortalitas
Mortalitas merupakan tingkat kematian ayam. Angka mortalitas dapat diperoleh dari perbandingan antara jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara. Angka mortalitas pada ayam pembibit adalah sekitar 4% (Lacy dan Vest, 2000 dalam Handayani 2009). Tingkat mortalitas yang tinggi sering terjadi pada fase starter dan semakin rendah pada periode layer. Penyebab mortalitas diantaranya kualitas DOC rendah dan pemasangan pemanas yang terlalu rendah atau tinggi pada fase starter, kebersihan kandang serta adanya penyakit pada fase layer (Rahayu, 2011). Hasil penelitan menunjukkan rata-rata angka mortalitas ayam sebesar 0.17% (Nurcholis, 2009). Faktor lain yang menyebabkan kematian adalah amonia (NH3) dan terjadinya kanibalisme. Kandungan Amonia (NH3) dalam kandang tinggi disebabkan  karena pengaturan ventilasi yang kurang baik dan keadaan litter yang basah sehingga mengganggu saluran pernafasan ayam (Sugiarto, 2008). Kanibalisme juga merupakan penyebab kematian pada ayam, pada intensitas cahaya yang tinggi akan tetapi dengan program pencahayaan yang baik dapat mengurangi tingkat kanibalisme. Periode gelap yang lebih panjang berhubungan dengan tingkat mortalitas yang rendah (Sulistyoningsih, 2009). Angka mortalitas ayam pembibit strain Cobb yang berumur 41-34 minggu berkisar antara 4,1-4,7% (Standar performance Cobb breeder, 2008).

2.9.2.               Rasio jantan dan betina
Percampuran ayam jantan dan betina dilakukan jika ayam sudah berumur 20 minggu, rasio perbandingan jantan dan betina adalah 1:10 (Rahayu, 2011). Perbandingan jumlah jantan dan betina yang terlalu banyak ataupun sedikit dapat menurunkan fertilitas, apabila jumlah jantan kurang dari yang dibutuhkan maka betina tidak sempat dikawini, akibatnya akan menghasilkan telur tetas yang tidak dibuahi dan menurunkan produksi telur tetas, sedangkan apabila jumlah jantan terlalu banyak akan menimbulkan kanibalisme antar pejantan dan dapat menyebabkan penurunan daya tetas (Mulyantini, 2010).

2.9.3.   Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam atau selisih antara pemberian dengan sisa pakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain suhu lingkungan, fase produksi dan kandungan energi dalam pakan.  Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi konsumsi pakan, semakin rendah temperatur dalam kandang ayam akan meningkatkan konsumsi pakannya untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan. Cahaya didalam kandang menyebabkan ayam mampu melihat lingkungan sekitar sehingga cahaya dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam (Meisnaningsih, 2004). Kebutuhan pakan ayam pembibit fase layer saat berumur 34 minggu dengan Hen day 75-71% adalah 146-160  g/ekor (Standar performance Cobb breeder, 2008). Kandungan nutrisi dalam pakan untuk ayam pembibit pedaging fase produksi adalah protein sebesar 16% dan energi metabolis sebesar 2.860 kkal/ kg (Rahayu et al., 2011).

2.9.4.   Kontrol bobot badan
Pada fase layer kontrol bobot badan harus`dilakukan bertujuan untuk menghasilkan telur yang ukurannya lebih besar, memiliki bobot telur yang baik, kualitas telur baik dan sudah siap untuk ditetaskan sedangkan untuk ayam jantan kontrol bobot badan dapat menaikkan fertillitas sehinggga telur tetas yang dihasilkan memiliki daya tetas yang tinggi. Tingkat keseragaman yang baik adalah >80% (Rahayu, 2011). Standar bobot badan ayam pembibit tipe pedaging fase layer umur 40 sampai 43 minggu berkisar antara 3770-3815 g dan standar bobot badan pejantan umur 40 sampai 43 minggu berkisar antara 4298-4376 g (Standar performance Cobb breeder, 2008). Kontrol bobot badan pada fase layer harus dilakukan karena menentukan produksi telur. Konsumsi pakan harus diatur dari umur 3 minggu sampai akhir fase layer untuk mencapai produksi telur dan fertilitas yang maksimal (Mulyantini, 2010).

2.9.5.               Konversi pakan
Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dibandingkan dengan pertambahan bobot badan, apabila nilai konversi pakan lebih besar dari angka 2 maka pemeliharaan dianggap sudah tidak menguntungkan. Nilai konversi pakan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya genetik, jumlah pakan yang diberikan dan faktor cahaya. Penggunaan cahaya atau lampu yang berwarna merah dapat meningkatkan konsumsi pakan, sehingga akan menaikkan nilai konversi pakan (Handayani, 2014). Semakin besar nilai konversi berarti pakan menjadi tidak efisien (Fadilah et al. 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pencahayaan berselang (intermittent) dapat meningkatkan konversi pakan (Bolukbasi 2006 dalam Sulistyoningsih, 2009).

2.9.6.               Produksi telur
Produksi telur yang dihasilkan ayam pembibit dipengaruhi oleh jumlah pemberian pakan dan konsumsi pakan. Ayam pembibit broiler pemberian pakannya harus dikontrol atau melakukan pembatasan pakan agar ayam tidak terlalu berat dan gemuk saat dewasa kelamin, sehingga tidak mempengaruhi produksi telur yang dihasilkan (Mulyantini, 2010). Pakan yang diberikan harus sesuai dengan standar kebutuhan untuk ayam pembibit sesuai strain agar ayam betina dapat menghasilkan produksi telur yang tinggi dan ayam jantan memiliki fertilitas yang baik (Rahayu, 2011). Cahaya pada fase layer berperan dalam proses produksi melalui sekresi hormon LH (luteinizing hormone) dan FSH (Follicle stimulating hormone) yang berperan dalam produksi telur (Kasiyati dan Muliani 2013). Produksi telur ayam pembibit strain cobb umur 40 minggu sebesar 73%, umur 41 minggu sebesar 72%, umur 42 minggu 71% dan umur 43 minggu sebesar 70% (Standar performance Cobb breeder, 2008).






2.9.7.   Indeks Performa
Indeks performa merupakan suatu formula yang digunakan untuk mengetahui performa ayam broiler. Indeks performa dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah ayam hidup dalam % dikali berat rata-rata dibandingkan dengan umur panen dikali konversi pakan (Handayani, 2009). Semakin besar nilai IP yang diperoleh maka semakin baik prestasi ayam dan semakin baik efisiensi pakan (Fadilah et al. 2007). Kriteria indeks performa ayam broiler apabila < 300 = kurang, 301 -324 = cukup, 326 – 350 = Baik, 351 – 400 = sangat baik dan apabila > 400 = istimewa (Santoso dan Sudaryani, 2009 dalam Handayani 2009).
Keberhasilan manajemen pemeliharaan ayam pembibit didukung oleh berbagai aspek, salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan adalah manajemen program pencahayaan yang dapat mempengaruhi produktivitas ayam pembibit. Program pencahayaan ayam pembibit pada fase layer dapat mempengaruhi produksi telur, mengurangi mortalitas, mengontrol kanibalisme, mempengaruhi daya tetas, menurunkan konsumsi pakan dan meningkatkan kualitas serta fertilitas telur yang dihasilkan (Mulyantini, 2010). Program pencahayaan untuk ayam pembibit pedaging adalah umur 1-3 hari lampu menyala`selama 24 jam, umur 2 minggu menyala 18 jam, umur 3 minggu menyala 16 jam, umur 4 - 19 minggu lampu pada malam hari dimatikan dan ketika umur 20 minggu pencahayaan ditambah satu jam, selanjutnya pemberian cahaya ditambah ½ jam per minggu sampai saat produksi 5% tercapai 16 jam (Rahayu, 2011).

BAB III
MATERI DAN METODE

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan tanggal 25 Januari – 25 Februari 2016 di. PT. Panca Patriot Prima Farm, Unit Batu, Malang, Jawa Timur.

3.1.      Materi

Materi yang digunakan adalah unit perusahaan peternakan ayam pembibit broiler fase produksi di PT. Panca Patriot Prima Farm, Malang, Jawa Timur.

3.2.      Metode

Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah partisipasi aktif dengan melakukan kegiatan rutin dan melakukan pencatatan data di PT. Panca Patriot Prima Farm, Malang, Jawa Timur. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan karyawan maupun staf perusahaan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dalam lampiran. Data Sekunder diperoleh dari catatan perusahaan dan monografi perusahaan. Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka, kemudian disusun menjadi laporan praktek kerja lapangan (PKL).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Keadaan Umum Perusahaan
PT Panca Patriot Prima merupakan perusahaan dibidang feedmill & breeding farm yang berdiri pada tanggal 18 Januari 2000 sesuai dengan akta pendirian tertanggal 18 Januari 2000 dengan Nomor 5 merupakan perusahaan lokal (PMDN). Kantor pusat berada di Jl. Muncul Industri II No. 11 Gedangan, Sidoarjo - Jawa Timur. Saat ini PT. Panca Patriot Prima mempunyai 2 pabrik pakan di Gedangan dan Pandaan, 9 Breeding Farm dan 2 Hatchery. PT Panca Patriot Prima Unit breeding farm Batu merupakan breeding farm unit ke 7 (Tujuh) yang berdiri pada bulan Juni tahun 2010, berlokasi di Jl. Raya Tlekung, Ds. Tlekung, Kec. Junrejo, Kota Batu dengan luas tanah ± 60.000 m², berada pada ketinggian ± 800 mdpl dan  memiliki 20 buah kandang dengan total populasi ayam ± 50.000 ( Lima puluh ribu) ekor.

4.2.      Struktur Organisasi
PT Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm Batu dipimpin oleh Manager Farm yang bertugas dan bertanggung jawab dalam menjalankan  proses pemeliharaan ayam, Supervisor bertugas mengendalikan jalannya proses produksi, administrasi keuangan bertugas untuk melakukan proses pencatatan dan pembuatan laporan mengenai aktivitas keuangan, pembelanjaan kebutuhan opersional yang di perlukan selama proses produksi serta pembayaran gaji tenaga kerja, Tehnik Kandang yang bertugas melakukan pemeliharaan dan perawatan ayam mulai dari DOC masuk sampai masa afkir ayam. Grading adalah bagian yang bertugas menyeleksi telur yang layak di kirim ke tempat penetasan atau Hatchery, Administrasi Teknik Kandang adalah bagian yang bertugas melakukan proses pencatatan dan pembuatan laporan mengenai proses pemeliharaan ayam mulai dari DOC yang masuk sampai proses afkir. Bagian Kesehatan adalah bagian yang bertugas melakukan pemantauan kesehatan, pengobatan pemberian vaksin, pemberian vitamin mulai dari DOC sampai dengan fase afkir. Serbaguna adalah bagian yang bertugas melakukan pengiriman pasokan pakan ayam ke tiap-tiap kandang serta kebersihan dan perawatan lingkungan kandang, Mekanik adalah yang bertugas merawat instalasi listrik di kandang. Keamanan atau Satpam bertugas menjaga keamanan lingkungan luar maupun dalam.

STO.png
Ilustrasi 1. Struktur Organisasi PT. Panca Patriot Prima, Batu Jawa Timur.
4.3.      Ayam Pembibit
IMG20160209081230.jpg
Ilustrasi 2. Ayam pembibit strain Cobb


Strain ayam pembibit yang dipelihara adalah strain cobb yang berasal dari malindo. Populasi ayam berjumlah 50.000 ekor. Ayam pembibit mulai produksi telur pada umur 24 minggu. Ayam pembibit strain cobb memiliki keunggulan diantaranya produksi tinggi, DOC yang dihasilkan berukuran lebih besar dari strain lohman dan strain cobb serta lebih banyak disukai oleh peternak, sehingga strain cobb dipilih karena menyesuaikan permintaan dan kesukaan dari peternak. Menurut Rahayu et al. (2011) bahwa dalam memilih strain ayam pembibit hal yang harus diperhatikan adalah faktor final stoock dan performance induk. Strain yang dipilih dapat menghasilkan final stock yang bagus dan induk dapat menghasilkan telur dengan daya tetas yang tinggi. Bibit ayam ras yang baik memiliki ciri-ciri normal, sehat, aktif dan tidak terdapat kelainan. Syarat bibit ayam ras berdasarkan SNI (2013) yaitu kondisi fisik sehat, normal, berdiri tegak, paruh normal, aktif, tidak ada kelainan, sekitar pusar serta dubur kering dan berasal dari parent stock tipe pedaging umur 24 -68 minggu dengan bobot tetas minimal 52 gram.

4.4.      Kandang

IMG20160218090213.jpg
Ilustrasi 3. Kandang ayam pembibit PT Panca Patriot Prima


Tipe kandang di PT Panca Patriot Prima Farm adalah kandang dengan dinding terbuka (open house) seluruh dinding kandang tertutup dengan kawat, atap kandang menggunakan tipe monitor dan letak kandang membujur dari timur ke barat. Kandang dengan dinding terbuka memiliki kelebihan diantaranya sirkulasi udara lancar dan sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang sedangkan kelemahannya yaitu suhu kandang akan berubah-ubah mengikuti perubahan cuaca dan iklim. Menurut pendapat Rahayu et al. (2011) kandang dengan dinding terbuka memiliki keuntungan diantaranya udara segar bisa keluar masuk dengan bebas, biaya pembuatan kandang lebih murah dan teknologi lebih mudah sedangkan kekurangannya adalah suhu didalam kandang tidak dapat dibuat mendekati kebutuhan ideal ayam. Lantai kandang menggunakan litter (sekam padi) dengan ketebalan 10 cm. Sekam padi digunakan sebagai alas kandang dikarenakan memiliki sifat menyerap air, tidak berbau dan tidak berdebu akan tetapi alas kandang yang menggunakan litter kontrol amoniaknya harus dilakukan secara ketat. Operator kandang dapat mengetahui kapan litter harus di olah atau di lakukan spray (penyemprotan) dengan cara melihat kondisi ayam secara langsung. Menurut pendapat Mulyantini (2010) bahwa penggunaan alas kandang dengan litter dapat mengurangi masalah kaki lecet pada ayam, mengurangi kanibalisme dan biaya lebih murah.

4.5.      Pengaturan Suhu dalam Kandang
Pengaturan suhu dalam kandang di PT Panca Patriot Prima adalah menggunakan blower. Blower berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara, menurunkan suhu dalam kandang dan membuang amonia didalam kandang. Operator kandang melihat kondisi ayam secara langsung untuk mengetahui tingginya suhu dan kandungan amonia dalam kandang, karena didalam kandang tidak terdapat termohigrometer. Blower dinyalakan sesuai jam kerja operator yaitu pukul 07.00 sampai 16.00, tetapi apabila suhu udara sudah rendah blower dimatikan begitu juga saat kandungan amonia dalam kandang dirasa tinggi maka blower dinyalakan. Setiap 1 unit blower digunakan untuk 2 pen. Menurut Mulyantini (2010) bahwa pengaturan suhu kandang pada kandang tebuka diatur oleh jendela kandang, ventilasi berfungsi untuk mengatur pergerakan udara, sehingga dapat menurunkan kelembapan dan kandungan amonia dalam kandang. Suhu dan kelembapan udara di PT Panca Patriot Prima selama bulan Januari- Februari adalah sebesar 24.5°C dan 83.2%. Menurut Rahayu et al. (2011) bahwa suhu optimal untuk pemeliharaan ayam adalah berkisar antara 21-27°C.

IMG20160218085838.jpg
Ilustrasi 4. Blower


4.6.         Pencahayaan dalam Kandang
Manajemen Pencahayaan di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu pada ayam umur 40-43 minggu adalah lampu nyala pada pukul 02.00 – 05.30 pagi dan pukul 17.30 – 19.00 malam. Jumlah lampu disetiap kandang rata-rata sebanyak 70 buah lampu dengan daya 18 watt. Warna cahaya berwarna kuning. Total pencahayaan adalah 17 jam yang berasal dari cahaya matahari 12 jam dan lampu 5 jam. Intensitas cahaya lampu sejajar dengan kepala ayam pada setiap kandang berkisar antara 50-80 lux. Hal tersebut sudah cukup baik terbukti dengan tercapainya produksi telur yang berada diatas standar. Intensitas cahaya diukur dengan light meter. Menurut pendapat Sulistyoningsih (2009) bahwa intensitas cahaya yang diberikan pada unggas, berkisar antara 5 - 20 lux. Lewis (2009) menyatakan bahwa intensitas cahaya 30-60 lux dapat meningkatkan jumlah telur tetas karena ayam akan bertelur didalam nest atau sangkar. Cahaya berperan dalam proses produksi telur melalui sekresi hormon LH (luteinizing hormone) dan FSH (Follicle stimulating hormone) yang akan menunjang kerja ovarium. Mulyantini (2010) menyatakan bahwa cahaya yang mengenai mata akan diterima oleh reseptor mata pada ayam, rangsangan diteruskan ke hipofisa kemudian hipofisa menggertak kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormon gonadotropin yang berperan dalam proses reproduksi yaitu perkembangan ovarium dan dapat mempengaruhi produksi telur.
Berdasarkan perhitungan intensitas cahaya dan kebutuhan lampu (Lampiran 9) diperoleh bahwa pada kandang 1intensitas cahaya yang dibutuhkan adalah sebesar 11,43 lux dan jumlah lampu sebanyak 84 buah sedangkan pada kandang 18 intensitas cahaya yang di butuhkan sebesar 11,76 lux dengan jumlah lampu sebanyak 96 buah. Perbedaan jumlah lampu dan intensitas cahaya yang diperlukan pada setiap kandang dipengaruhi oleh kepadatan kandang. Intensitas cahaya sebesar 5-10 lux dapat memberikan performans yang baik, karena intensitas cahaya dibawah 5 lux dapat menyebabkan kebutaan pada ayam. Menurut Meisnaningsih (2014) bahwa Intensitas cahaya yang sangat rendah dibawah 5 lux dapat menyebabkan kebutaan pada ayam dan unggas yang dipelihara dengan lama pencahayaan 17 sampai 20 jam per hari dan intensitas cahaya 5-10 lux memberikan efek performance yang lebih baik dibandingkan dengan unggas yang mendapatkan pencahayaan full 24 jam.

                      Ilustrasi 5. Pencahayaan dalam kandang.


4.7.      Indikator Keberhasilan Manajemen Ayam Pembibit

4.7.1.   Mortalitas
Angka mortalitas di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel.1
Tabel 1. Data Mortalitas
Umur
Jantan
Betina
-----------------(%)----------------
40
1.38
0.14
41
1.01
0.11
42
0.86
0.10
43
0.91
0.18
Sumber : Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.
IMG20160127083720.jpg
Ilustrasi 6. Mortalitas


Angka mortalitas ayam pembibit di unit Batu cenderung berada berada pada kisaran normal. Nilai mortalitas diperoleh dengan membandingkan antara jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang hidup atau populasi total. Mortalitas pada fase layer dipengaruhi oleh kanibalisme dan adanya penyakit. Angka mortalitas yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan produksi telur, sehingga angka mortalitas harus ditekan sekecil mungkin agar produksi telur yang dihasilkan tetap dalam kisaran normal. Mortalitas dapat dicegah dengan melakukan sanitasi dan biosecurity yang ketat, pengendalian penyakit dan manajemen yang baik. Angka mortalitas ayam pembibit strain Cobb yang berumur 41-34 minggu berkisar antara 4,1-4,7% (Cobb, 2008). Program pencahayaan yang baik dapat menekan kanibalisme, menekan angka mortalitas dan rasio pejantan dan betina dalam kandang  sesuai standar sehingga tidak akan terjadi persaingan antara betina saat melakukan aktivitas kawin. Menurut Mulyantini (2010) bahwa program pencahayaan ayam pembibit pada fase layer dapat mengurangi angka mortalitas dan mempengaruhi produksi telur.

4.7.2.   Rasio perbandingan jantan dan betina
Rasio perbandingan jantan dan betina di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel.2
Tabel 2. Rasio perbandingan jantan dan betina
Umur
Jantan
Betina
---------------(ekor)-------------
40
4.553
46.892
41
4.507
46.838
42
4.468
46.791
43
4.427
46.736
Sumber : Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.

            Rasio Perbandingan jantan dan betina ayam pembibit di Unit Batu berada pada batas standar yaitu 1:10, apabila perbandingan antara jumlah jantan dan betina tidak sesuai atau jumlah jantan terlalu banyak maka dapat mengakibatkan kanibalisme antar pejantan, apabila pada kandang tertentu rasio jantan dan betina tidak seimbang maka harus dilakukan pemerataan agar rasio jantan dan betina kembali seimbamg. Menurut Rahayu (2011) bahwa rasio perbandingan jantan dan betina yang ideal adalah 1:10. Percampuran ayam jantan dan betina dilakukan jika ayam sudah berumur 20 minggu. Menurut Mulyantini (2010) bahwa perbandingan jumlah jantan dan betina yang terlalu banyak ataupun sedikit dapat menurunkan fertilitas, apabila jumlah jantan kurang dari yang dibutuhkan maka betina tidak sempat dikawini, akibatnya akan menghasilkan telur tetas yang tidak dibuahi dan menurunkan produksi telur tetas, sedangkan apabila jumlah jantan terlalu banyak akan menimbulkan kanibalisme antar pejantan dan dapat menyebabkan penurunan daya tetas telur yang dihasilkan.

4.7.3.   Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan jantan dan betina di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Konsumsi Pakan Ayam Pembibit (sampling)
Kandang
Betina (g/ekor/hari)
Jantan (g/ekor/hari)
1
157,13
124,89
2
157,82
124,45
3
156,09
125,21
4
157,09
125,06
5
156,77
125,06
6
157,16
125,17
7
156,78
125,01
8
156,93
123,73
Sumber: Data Primer PT. Panca Patriot Prima, 2016.

            Data konsumsi pakan ayam pembibit betina berkisar antara 156-157 g dan ayam jantan berkisar antara 123-125 g. Pakan yang diberikan harus  sesuai dengan kebutuhan ayam agar ayam dapat berproduksi secara maksimal. Pakan yang digunakan diproduksi sendiri oleh PT. Panca Patriot Prima dengan kasdar protein kasar sebesar 16% dan EM 2680 kkal/kg. Menurut pendapat Rahayu et al. (2011) pakan untuk ayam pembibit pedaging fase produksi adalah protein sebesar 16% dan energi metabolis sebesar 2.860 kkal/ kg. Pemberian pakan pada fase produksi disesesuaikan dengan produksi telur yang dihasilkan. Tabel point feed di PT. Panca Patriot Prima dapat dilihat pada (lampiran --). Konsumsi pakan ayam pembibit sudah baik karena sudah sesuai dengan kebutuhan pakan. Menurut standar performance cobb (2008) pakan yang diberikan saat hen day sebesar 75-70% adalah berkisar antara 160-158 g/ekor/hari.

4.7.4.   Kontrol bobot badan
Hasil Penimbangan di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel.4
Tabel 4. Data Keseragaman bobot badan (sampling)
Umur
Jantan
Betina
Kandang
8
18
8
18
                             -------------------(%)-------------------
41
90
85
90
81
43
90
95
89
94
Rerata
90
90
89,5
87,5
Sumber : Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.

IMG20160202094853.jpg
Ilustrasi 7. Penimbangan ayam

Keseragaman bobot badan ayam pembibit di unit Batu rata-rata pada umur 41 dan 43 minggu yaitu untuk jantan sebesar 90% dan betina 88,5%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keseragaman bobot badan untuk ayam jantan dan betina baik karena nilainya berada diatas 80%. Kontrol bobot badan pada fase layer bertujuan agar ayam pembibit tidak kelebihan bobot badan atau bobot badan melebihi standar dan dapat menghasilkan telur dengan kualitas yang baik. Menurut pendapat Rahayu et al. (2011) bahwa tingkat keseragaman yang baik adalah >80%, kontrol bobot badan harus`dilakukan bertujuan untuk menghasilkan telur yang ukurannya lebih besar, memiliki bobot telur yang baik, kualitas telur baik dan sudah siap untuk ditetaskan. Kontrol bobot badan pada ayam jantan dapat menaikkan fertillitas sehinggga telur tetas yang dihasilkan memiliki daya tetas yang tinggi. Program pencahayaan berpengaruh terhadap keseragaman bobot badan ayam pembibit, karena adanya cahaya lampu pada malam hari akan mempengaruhi aktivitas atau tingkah laku ayam seperti tingkah laku makan. Apabila pada malam hari tidak terdapat cahaya maka ayam akan mengurangi aktivitasnya termasuk makan, sehingga bobot badan dapat terkontrol. Menurut Setianto (2009) bahwa intensitas cahaya dapat mempengaruhi tingkah laku ayam, pada intensitas cahaya yang rendah akan terjadi penurunan aktivitas.

4.7.5.      Konversi pakan
Hasil Konversi pakan di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel.5
Tabel 5. Data Konversi Pakan (sampling)
Umur (mg)
Konversi pakan
40
1.64
41
1.56
42
1.54
43
1.57
Sumber : Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.
Nilai konversi pakan ayam pembibit di PT Panca Patriot Prima Farm unit Batu berkisar antara 1.54 - 1.64. Nilai konversi pakan diperoleh dengan membandingkan antara konsumsi pakan dengan produksi telur yang dihasilkan. Besarnya konversi pakan yang diperoleh berada dalam kisararan normal. Menurut pendapat Fadilah et al. (2007) bahwa semakin besar nilai konversi berarti pakan menjadi tidak efisien. Ditambahkan oleh pendapat Handayani (2014) bahwa apabila konversi pakan lebih besar dari angka 2 maka pemeliharaan dianggap sudah tidak menguntungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai konversi pakan adalah konsumsi pakan dan produksi telur, apabila konsumsi pakan tinggi tetapi produksi telur yang dihasilkan rendah berarti pakan yang diberikan tidak efisien.

4.7.6.      Produksi telur
Produksi telur di PT Panca Patriot Prima Farm Unit Batu dapat dilihat pada tabel .6
Tabel 6. Data Produksi Telur (Sampling)
Umur
(mg)

Hen day production (%)
Standar HDP
(%)
kandang
1
8
18

40
68,59
65,5
75,7
73*
41
72,06
71,3
74,6
72*
42
72,73
72,5
73,6
71*
43
71,90
73,75
72,6
70*
Rata-rata
71,32
70,76
74,12

Sumber : Data Primer Panca Patriot Prima, 2016.
Keterangan *: Standar performance Cobb breeder, 2008.


            Produksi telur ayam pembibit unit Batu pada kandang 1 dan 8 adalah fluktuatif sedangkan produksi telur kandang 18 adalah sesuai standar. Produksi telur dikandang 1 dan 8 pada minggu ke 40 berada dibawah standar, hal ini karena ternak sedang dalam fase pemulihan dimana pada minggu sebelumnya ayam terserang penyakit snot yang mengakibatkan penurunan produksi telur, sedangkan pada minggu ke-41 sampai minggu ke-43 produksi telur kembali mengalami peningkatan karena kondisi ayam sudah kembali normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi telur diantaranya kondisi fisiologis, konsumsi pakan dan program pencahayaan, apabila ternak dalam kondisi sakit atau fisiologisnya terganggu maka ternak akan mengurangi aktivitas atau tingkah lakunya seperti tingkah laku kawin, makan sehingga produksi telur yang dihasilkan menurun. Menurut pendapat Mulyantini (2010) bahwa produksi telur yang dihasilkan ayam pembibit dipengaruhi oleh jumlah pemberian pakan dan konsumsi pakan. Produksi telur akan mengalami penurunan sekitar 1% setiap minggu setelah puncak produksi. Puncak produksi tercapai saat berumur sekitar 30-32 minggu. Menurut Anang et al. (2007) bahwa produksi telur akan mengalami penurunan sekitar 1% setiap minggu setelah puncak produksi.
Program pencahayaan yang baik akan mempengaruhi produksi telur, karena dengan adanya cahaya akan membantu aktivitas kawin pada malam hari dan cahaya berperan dalam proses produksi telur dimana cahaya akan merangsang sekresi hormon LH (luteinizing hormone) yang memiliki fungsi memicu terjadinya proses ovulasi dan FSH (Follicle stimulating hormone) yang berfungsi merangsang proses pematangan folikel telur pada ovarium. Menurut pendapat Sulistyoningsih (2009) bahwa cahaya dapat merangsang sekresi hormon yang berperan dalam proses pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan tingkah laku ayam. Mulyantini (2010) menambahkan bahwa cahaya yang mengenai mata akan diterima oleh reseptor mata pada ayam, rangsangan diteruskan ke hipofisa kemudian hipofisa menggertak kelenjar pituitari untuk mensekresikan hormon gonadotropin yang berperan dalam proses reproduksi yaitu perkembangan ovarium dan dapat mempengaruhi produksi telur

4.7.7.      Indeks Performa
Berdasarkan perhitungan Indeks performa (IP) untuk ayam pembibit betina Strain Cobb 500 (Lampiran 10.) di PT. Panca Patriot Prima adalah sebesar 687,54. Nilai IP yang diperoleh termasuk dalam kategori istimewa. Menurut pendapat Santoso dan Sudaryani (2009) dalam Handayani (2009) bahwa kriteria indeks performa ayam broiler apabila < 300 = kurang, 301 -324 = cukup, 326 – 350 = Baik, 351 – 400 = sangat baik dan apabila > 400 = istimewa. Nilai IP yang semakin tinggi maka semakin bagus. Besarnya nilai IP dipengaruhi oleh konversi pakan, mortalitas, bobot badan dan umur panen. Menurut pendapat Fadilah et al. (2007) bahwa semakin besar nilai IP yang diperoleh maka semakin baik prestasi ayam dan semakin baik efisiensi pakan.





BAB V
SIMPULAN  DAN SARAN
5.1.      Simpulan
            Berdasarkan hasil praktik kerja lapangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa manajemen pencahayaan ayam pembibit di PT. Panca Patriot Prima Farm, Unit Batu fase layer sudah baik, karena indikator keberhasilan manajemen ayam pembibit berada pada kisaran normal. Tingkat mortalitas berkisar 0,11-1,38% , keseragaman bobot badan ayam betina 89% dan jantan 90%, konversi pakan berkisar 1,54-1,64%, produksi telur yang dihasilkan rata-rata 72% dan Indeks performa >400.

5.2.      Saran
            Sebaiknya saat siang hari dan cuaca mendung serta berkabut lampu dinyalakan agar ayam tetap dapat melakukan aktivitasnya.





DAFTAR PUSTAKA
Anang, A., H. Indrijani dan T. A. Sundara. 2007. Model matematika kurva produksi telur ayam broiler breeder parent stock. J. Ilmu Ternak. 7(1) : 6 – 11.

Andisuro, R.  2011. Tingkah laku ayam broiler di kandang tertutup dengan suhu dan warna cahaya yang berbeda. Institut Pertanian Bogor.(Skripsi).

Bolukbasi, S.C. and Hakki Emsen. 2006. The Effect of Diet with Low Protein and Intermittent Lighting on Ascites Induced by Cold Temperature and Growth Performance in Broilers. Dalam : Sulistyoningsih, M. 2009. Pengaruh Pencahayaan (Lighting) terhadap performans dan konsumsi protein pada ayam. Prosiding Seminar Nasional. UPI, Bandung.

Cholis, N., Hastuti, D dan Sutiono, B. 2009. Tatalaksana pemeliharaan ayam ras petelur  Periode layer di Populer farm desa Kuncen Kecamatan Mijen Kota Semarang. Mediagro. 5(2) : 38 – 49.

Classen, H. L., C. B Annet, K. V. Schwean-lardner, R. Gonda & D. Derow. 2004. The effects of lighting programmes with twelve hours of darkness per day provided in one, six or twelve hour interval on the productivity and health of broiler chickens. Dalam: Andisuro, R.  2011. Tingkah laku ayam broiler di kandang tertutup dengan suhu dan warna cahaya yang berbeda. Institut Pertanian Bogor. (Skripsi).

Fadilah . R., A. Polana., S. Alam., & E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Fijana, M, F., Suprijatna, E dan Atmomarsono, U. 2012. Pengaruh proporsi pemberian pakan pada siang malam hari dan pencahayaan pada malam hari terhadap produksi karkas ayam broiler. Animal agriculture journal. 1(1) : 697 – 710.

Handayani, I. 2009. Efisiensi ekonomi frekuensi pemberian pakan pada pemeliharaan ayam broiler. Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi).

Kartadisastra, H, R. 2008. Pengelolaan Pakan Ayam. Kaniusius, Yogyakarta.

Kasiyati dan Muliyani, H. 2013.  Peran Kombinasi Cahaya Monokromatik Dalam Menstimulasi Pertumbuhan dan Matang Kelamin Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) Buletin Anatomi dan Fisiologi 21(1): 64-74.

King, D. F., 1962. Egg production of chickens raised and kept in darkness. Dalam : Renema, R, A., Robinson, F,E., Feddes, J, J, R., Fasenko, G, M dan Zuidhof, M, J. 2001. Effects of light intensity from photostimulation in four strains of commercial egg layers: 2. Egg production parameters. Poultry Science. 80 1121 – 1131.

Lewis, P. 2009. Lighting for Broiler Breeders. Aviagen, Turkey.

Lupicki, M, E. 1993. Ovarian Morphology and Steroidogenesis in Domestic Fowl (Gallus domesticus): Effects of Aging, Strain, Photostimulation Program and Level of Feeding. Dalam : Renema, R, A., Robinson, F,E., Feddes, J, J, R., Fasenko, G, M dan Zuidhof, M, J. 2001. Effects of light intensity from photostimulation in four strains of commercial egg layers: 2. Egg production parameters. Poultry Science. 80 1121 – 1131.

Meisnaningsih A, M. 2014. Efisiensi Ekonomi Pemberian cahaya pada pemeliharaan ayam broiler. Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi).

Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

North, M. O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. AVI Publication Co, Connecticut.

Peric, L, N., Milasevis., Zikic, G,U,D dan Bozic, A. 2005. Effect of lighting program on development of follicle during sexual maturation of laying hens. Biotechnology in Animal Husbandary 21(6) : 247 – 251.

Prayitno, D. S., C. J. C. Phillips. and D. K. Stokes. 1994. The effects of color and intensity of light on behavior and leg disorders in broiler chickens. Dalam : Fijana, M, F., Suprijatna, E dan Atmomarsono, U. 2012. Pengaruh proporsi pemberian pakan pada siang malam hari dan pencahayaan pada malam hari terhadap produksi karkas ayam broiler. Animal agriculture journal. 1(1) : 697 – 710.

Rahayu, I., T. Sudaryani dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setianto, J. 2009. Program pencahayaan untuk ayam pedaging. Jurmal Sains Peternakan Indonesia. 3(1): 24-29.

Standar Nasional Indonesia. 2013. Bibit niaga (Final stock) umur sehari/kuri day old chick -Bagian 1 : Ayam ras tipe pedaging. SNI 4868.1:2013.

Standar Performance Cobb Breeder. 2008. Cobb Breeder Management Guide.

Sudrajad. 2003. Beternak Ayam Pelung. Kanisius, Yogyakarta.

Sugiarto. 2008. Perdorma ayam broiler dengan pakan komersial yang mengandung tepung kemangi (Ocinum basilicum). Institut Pertanian Bogor. (Skripsi).

Sulistyoningsih. 2004. Respon fisiologis dan tingkah laku ayam broiler periode starter akibat cekaman temperatur dan awal pemberian pakan yang berbeda. Universitas Diponegoro. (Tesis)

Sulistyoningsih, M. 2009. Pengaruh Pencahayaan (Lighting) terhadap performans dan konsumsi protein pada ayam. Prosiding Seminar Nasional. UPI, Bandung.

































LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner
A.                Keadaan Umum Perusahaan

A.           Profil Perusahaan

Ø   Nama perusahaan :
Ø   Bentuk usaha :  
Ø   Tanggal berdiri :
Ø   Pemilik perusahaan
Ø   Status hukum (Nomor surat izin berdiri, izin pendirian)

B.            Lokasi Perusahaan

Ø   Alamat lokasi
Ø   Luas area perusahaan
Ø   Peta lokasi
Ø   Tata letak kandang (Lay Out)
Ø   Ketinggian dari permukaan air laut
Ø   Makroklimat Kandang
-               Suhu                   :
-               Kelembaban       :
Ø   Curah hujan
Ø   Sumber air
Ø   Jarak dari pemukiman
Ø   Alasan pemilihan lokasi
C.            Struktur Organisasi

Ø   Jumlah dan cakupan kerja manager
Ø   Jumlah dan cakupan kerja supervisor
Ø   Jumlah dan cakupan kerja karyawan
Ø   Jumlah dan cakupan kerja karyawan tidak tetap
Ø   Pendidikan pekerja
D.           Fasilitas Perusahan

Ø   Transportasi
Ø   Komunikasi
Ø   Perkandangan
- Panjang         :
- Lebar             :
- Tinggi            :
Ø   Pergudangan
Ø   Peralatan
B.            Manajemen Pencahayaan

a.              Cahaya

Ø   Jumlah
Ø   Jenis lampu
Ø   Intensitas
Ø   Lama pencahayaan
Ø   Warna cahaya
Ø   Daya Lampu

C.            Indikator Zooteknis

Ø   Bobot Badan
Ø   Mortalitas
Ø   Rasio Pejantan : Betina
Ø   Konversi pakan
Ø   Hen day production
Ø   Indeks Performance
Ø   Suhu
Ø   Kelembapan









Lampiran 2. Denah Lokasi Perusahaan PT. Panca Patriot Prima Farm unit Batu
87064.jpg
 
















Lampiran 3. Layout kandang PT. Panca Patriot Prima Farm unit Batu
 
















Lampiran 4. Struktur Organisasi PT. Panca Patriot Prima Farm unit Batu
 
















Lampiran 5. Data Produksi Telur
Data Produksi Telur Kandang 8
Hari ke-
Produksi telur
Hari ke-
Produksi telur
1
993
15
1.183
2
1.077
16
1.207
3
1.069
17
1.224
4
1.095
18
1.214
5
1.140
19
1.229
6
1.146
20
1.246
7
1.160
21
1.235
8
1.197
22
1.236
9
1.133
23
1.233
10
1.127
24
1.239
11
1.198
25
1.215
12
1.187
26
1.232
13
1.214
27
1.229
14
1.199
28
1.232









Lampiran 6. Data Penimbangan Bobot Badan
Hasil penimbangan kandang 8 dan kandang 18
Umur (minggu)
Kandang
Bobot badan betina (g)
uniformity
Bobot badan jantan (g)
uniformity
41
8
4574
90
4790
90
43
8
4650
89
4811
90
41
18
4091
81
4791
85
43
18
4003
94
4906
95












Lampiran 7. Data Pengukuran Suhu
Hari ke-
Pagi
Siang
Sore

----------------------(°C)-------------------
1
22.6
24.6
26
2
23.1
23.7
24.5
3
23.4
24.1
24.1
4
22.4
24.9
25
5
23.4
26.8
27.4
6
23.3
26.5
27.6
7
23.4
25
26.5
8
23.4
26.4
27.3
9
23.6
25.9
26.1
10
23.1
23.7
24.5
11
22.4
25.9
26.1
12
23.1
24.1
24.1
13
22.3
25
25.8
14
22.4
23.7
24.1
15
22.4
23.7
24
16
22.9
25.4
25.9
17
22.6
24.6
26.1
18
23.4
25.5
25
19
22.5
23.3
23.6
20
21.9
23.9
24.6
21
22.8
25.9
26.1
22
22.9
26.7
26.4
23
22.6
26
25.8
24
22.4
26.4
25.8
25
22.6
26.4
28
26
22.9
26.8
28.4
27
24.3
26.8
27.5
28
23.4
23.9
23.6
29
22.4
26.3
26.7
30
22.8
23.9
24.1
Rerata
22.87
25.17
25.66











































Lampiran 8. Data Pengukuran Kelembapan
Hari ke-
Pagi
Siang
Sore

----------------------(%)-------------------
1
87
86
84
2
87
85
85
3
86
85
85
4
88
81
86
5
79
78
78
6
80
81
73
7
80
80
77
8
81
81
81
9
81
82
82
10
85
87
87
11
88
82
85
12
86
87
87
13
89
86
85
14
88
87
87
15
88
87
87
16
86
86
83
17
86
87
84
18
86
87
86
19
89
88
88
20
89
89
88
21
81
83
82
22
81
77
78
23
81
83
83
24
84
81
83
25
83
82
73
26
79
78
73
27
80
78
78
28
81
81
81
29
84
80
79
30
83
82
81
Rerata
84.2
83.2
82.3




































Lampiran 9. Perhitungan Intensitas Cahaya dan Kebutuhan Lampu

Kandang 1
Jumlah lampu              = 84 buah
Daya lampu                 = 18 watt
Luas kandang              = 810 m2
1 watt                          = 12,56 lumen

Yang diterima ayam    = 49% x 12,5 lumen (efektif cahaya yang diterima)
                                    = 6,125

Intensitas cahaya         =
                                    =
                                    = 11,43 lux
Jadi, intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh ayam untuk kandang 1 adalah 12 lux.

Kebutuhan lampu        =
                                    =
                                    =
                                    = 84

Jadi, jumlah lampu yang dibutuhkan dalam 1 kandang untuk kandang 1 adalah 84 buah.






Lampiran 9. (lanjutan)

Kandang 18
Jumlah lampu              = 96 buah
Daya lampu                 = 18 watt
Luas kandang              = 900 m2
1 watt                          = 12,56 lumen

Yang diterima ayam    = 49% x 12,5 lumen (efektif cahaya yang diterima)
                                    = 6,125

Intensitas cahaya         =
                                    =
                                    = 11,76 lux

Jadi, intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh ayam untuk kandang 1 adalah 12 lux.

Kebutuhan lampu        =
                                    =
                                    =
                                    = 96

Jadi, jumlah lampu yang dibutuhkan dalam 1 kandang untuk kandang 18 adalah 96 buah.






Lampiran 10. Daftar Jumlah Lampu Per Kandang
Kandang
Jumlah Lampu
Luas Kandang (m2)
1
84
810
2
84
720
3
60
594
4
60
594
5
66
630
6
48
516,5
7
60
512
8
72
492
9
60
640
10
54
540
11
68
678
12
84
678
13
70
669
14
84
783
15
84
864
16
78
760
17
72
675
18
96
900
19
78
925
20
21
192








Lampiran 11. Perhitungan Indeks Performa
Indeks Performa (IP) Betina

Sampling kandang 8 umur 43 minggu
Bobot badan   = 4,65 kg
FCR                = 1,57
Mortalitas        = 0,18%

IP                    =
                        =
                        = 687,54
Jadi, indeks performa untuk ayam pembibit betina Cobb 500 di PT. Panca Patriot Prima adalah 687,54.











Lampiran 12. Pola Pemberian Pakan
No
Kenaikan Pakan
Penurunan Pakan

HD (%)
Pakan
(gram/ekor/hari)
HD (%)
Umur (mg)
Pakan
(gram/ekor/hari)
1
5
125
80 – 76
33
163
2
15
131
75 – 71
34
160
3
20
135
70 – 66
46
158
4
25
139
65 – 61
51
156
5
35
146
60 – 51
56
154
6
45
152
<50
61
150
7
55
158



8
65
165